Ambon, Kompastimur.com
Gubernur Maluku
Said Assagaff meminta Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di daerah ini,
agar tidak terjebak dengan rutinitas mengejar proyek saja, tetapi mampu membuka
ruang-ruang usaha baru berbasis potensi dan komoditi lokal.
Pernyataan
tersebut disampaikan Gubernur Assagaff, saat membuka Musyawarah Daerah (Musda)
ke-X Badan Pengurus Daerah (BPD) HIPMI Provinsi Maluku, di Ambon, Sabtu (4/11).
"Saya juga
minta HIPMI jangan menempatkan diri sebagai sekelompok borjuis yang elitis,
tetapi merakyat dan berada di garda terdepan dunia kewausahaan, serta sebagai
pilar utama dan lokomotif pengembangan perekonomian daerah, sesuai dengan motto
Pengusaha Pejuang dan Pejuang Pengusaha," ujarnya.
Sebagai wadah
yang menghimpun sumber daya pengusaha muda, Assagaff menilai, HIPMI punya
posisi dan peran sangat strategis dalam rangka percepatan transformasi
pembangunan di daerah ini.
Atas dasar itu,
lanjut Assagaff, Pemerintah Provinsi Maluku menaruh harapan besar kepada HIPMI
dalam kapsitasnya sebagai mitra strategis pemerintah daerah sangat diharapkan
mampu memainkan peran-peran strategis dalam rangka membangun dunia wirausaha di
kalangan muda.
"Sehingga
HIPMI mampu ikut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat di daerah ini," tuturnya.
Namun Assagaff
mengingatkan juga, beberapa tantangan yang harus dijawab oleh para pemuda di
daerah ini.
Pertama, masih
kuatnya mentalitas gerombolan di kalangan pemuda, yaitu rata-rata pemuda
lulusan SMA dan perguruan tinggi suka bergerombol dan manggurebe pada satu isu
atau bidang tertentu, dan jarang punya minat dan ide kreatif untuk
mengembangkan diinya di bidang wirausaha.
"Kalau
katong bertanya kepada anak-anak muda Maluku, jika selesai sekolah atau kuliah
mau jadi apa, dapat dipastikan di atas 50% ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) atau Aparat Sipil Negara (ASN)," ungkapnya.
Menurut
Assagaff, inilah yang disebut mentalitas ambtenaar. Selain itu, pilihan
berikutnya adalah menjadi serdadu, yaitu tentara dan polisi.
Sedangkan rata
rata pemuda yang tidak jadi PNS atau ASN, disebut Assagaff, rame-rame
manggurebe masuk partai politik dalam rangka menjadi anggota dewan.
"Oleh
karena itu, tak mengherankan begitu kuatnya mentalitas gerombolan. Ini
menimbulkan generasi muda kita banyak yang menjadi pengangguran intelektual,
menjadi beban pembangunan dan potensial berkembang menjadi potensi konflik di
dalam masyarakat," tandasnya.
Tantangan yang
kedua, lanjut Assagaff, masih lemahnya semangat enterpreneurship. Begitu
kayaknya sumber daya alam (SDA) yang kita miliki, membuat kita kurang
tertantang untuk berwirausaha.
"Kalau
katong mau perhatikan, rata-rata katong orang Maluku, kalau sudah punya uang
atau makanan untuk beberapa Minggu atau bulan, katong sudah merasa aman dan
tidak mau berusaha lagi," ujarnya.
Demikian halnya,
Assagaff katakan kalau sudah punya gaji perbulan dan bisa memenuhi kebutuhan
untuk bulan itu, merasa sudah cukup. Sehingga modal yang dimiliki lebih
bersifat konsumtif.
Hal yang
berikut, menurut Assagaff, sebagai sebuah otokritik untuk HIPMI Maluku, dirinya
memerhatikan pengembangan usaha masih didominasi oleh para kontraktor dan pada
pengembang usaha di sektor riil.
Akhirnya,
Assagaff katakan, banyak potensi lokal yang terabaikan atau belum dikelola
secara maksimal, karena belum adanya industrialisasi untuk pengembangkan
ekonomi berbasis potensi dan komodat ekonomi lokal.
Bahkan home
industi dan ekonomi kreatif saja, disebutnya, belum berkembang secara baik.
Padahal dia menyebut Maluku punya potensi komoditi lokal sangat kaya, contohnya
pala.
Selain bisa
dikembangkan menjadi manisan, Assagaff menyebutkan, pala juga bisa dibikin
menjadi selai, juga bisa jadi jus, balsem, bahkan pada zaman Portugis pernah
dikembangkan sebagai bahan dasar messiu senjata.
Selain itu,
tambah Assagaff, dengan potensi wisata lokal kita yang luar biasa kaya,
sejatinya kita bisa mengembangkan sektor parwisata industri menjadi sektor
unggulan.
Assagaff
membayangkan ke depan para pengusaha muda ini bisa mengembangkan travel
bersakala internasional untuk menjual potensi wisata lokal kita ke manca
negara, dan sebagainya.
"Menghadapi
pelbagai tantangan yang beta kemukakan tadi, beta berharap, HlPMI sebagai
organisasi yang menghimpun para para pengusaha muda, harus mampu berfikir
besar, solutif dan transformatif," pungkas Gubernur Assagaff. (KT-HT)
0 komentar:
Post a Comment