Pemilihan Gubernur (Pilgub) Maluku ibarat benang kusut
yang sangat sulit diurai, butuh kesabaran, ketelatenan dan kemampuan khusus
untuk bisa mengurainya satu-persatu.
Hal itu diungkapkan Direktur Walang Demokrasi,
Abubakar Solissa kepada media ini, Selasa (3/10).
Menurutnya, komunikasi politik yang terjadi pada level
elit partai sangat cair dan flekibel sehingga membuat publik sedikit mengalami
kesulitan dalam membaca peta kekuatan politik dari masing-masing kandidat.
Bahkan sang petahana pun belum bisa memastikan dukungan partai politik
kepadanya.
Apalagi, lanjutnya, diantara semua kandidat Calon
Gubernur yang telah mendeklarasikan diri untuk maju beratarung dalam kontestasi
Maluku satu, hanya Murad Ismail yang baru mendapatkan rekomendasi partai
politik.
“Situasi yang
berbeda justru dirasakan oleh para calon yang lain. Ketatnya kompetisi pada
level elit membuat para Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang ingin bertarung
di pilkada Maluku terpaksa harus merekonsolidasi komunikasi politiknya. Bahkan ada
yang mencoba untuk membongkar formasi komposisi pasangan calon yang sudah
dipaketkan dari awal hanya untuk mengakomodasi kepentingan para elit partai,”
katanya.
Lebih lanjut dikatakan, pertarungan kompromi dan
negosiasi antara elit partai dan kandidat ini bisa dibaca melalui dua hal: Pertama, Tidak ada kepastian soal hasil
survei yang sering dijadikan sebagai rujukan partai politik dalam mengukur
kemampuan elektabilitas para calon, sehingga calon dengan tingkat elektabilitas
tertinggi-pun harus mengalami kesulitan dalam mendapatkan rekomendasi partai;
Kedua, Selain mekanisme
survei, ada “political diskresi” yang
biasa digunakan oleh partai politik sebagai pertimbangan partai dalam
mengeluarkan rekomendasi. Istilah political diskresi ini bisa terjemahkan
sebagai loyalitas, dedikasi dan konstribusi terhadap partai. Namun faktanya,
pertimbangn loyalitas, dedikasi dan konstribusi yang selama ini diberikan oleh
para kandidat terhadap partai politik juga belum mendapat kepastian yang jelas.
“Kondisi ini mengkonfirmasikan bahwa Pilgub Maluku itu
ibarat sebuah drama yang alur ceritanya sulit ditebak. Kita hanya diberikan kesempatan
untuk berspekulasi, namun tidak diberikan ruang untuk mengetahui secara pasti
apa yang akan terjadi di akhir cerita dari ‘drama politik’ ini,” pungkasnya. (KT-01)
0 komentar:
Post a Comment