PT.
Panbers, perusahan perkebunan karet di Waegernangan, Kecamatan Lolong Quba,
Kabupaten Buru, berbulan-bulan menikmati aliran listrik PLN tanpa bayar. Aksi
pencurian itu berlangsung rapih dan melibatkan orang dalam PLN.
Wartawan
Kompastimur.com melaporkan, sampai
Rabu (13/9). aliran listrik PLN masih terlihat menyalah di kompleks perkebunan
karet PT. Panbers.
Tak
ada satupun penanggungjawab di PT. Panbers yang mau menemui wartawan untuk
memberikan penjelasan. Satu satpam yang berjaga di pintu masuk, bernama Sudin
berkilah tak ada satupun pegawai di kantor.
Ia
sempat mengubungi pihak manajemen menggunakan pesawat HT. Setelah itu ia
menggunakan motor masuk ke kompleks perusahan.
Tak
lama Sudin kembali ke pos jaga seraya mengatakan, "katanya pimpinan sedang
ke Namlea."
Kasus
pencurian aliran listrik PLN ini diketahui wartawan tanpa disengaja saat
berpapasan dengan Camat Lolong Quba, Baharudin Besan di Desa Baman. Saat itu
camat didampingi sejumlah staf sedang meninjau pekerjaan yang dibiayai dana
desa.
Kepada
wartawan, camat mengeluhkan aksi penipuan dari para oknum PLN yang menyebabkan
korban di pihak warganya yang jumlahnya lebih dari seribuan sambungan rumah.
Camat
mengaku heran, kenapa listrik di rumah warganya diputus. Padahal mereka itu
membayar resmi kepada pihak PLN.
Hanya
dibenarkannya, saat oknum PLN menyambung aliran ke rumah-rumah banyak yang tak
mendapat meteran prabayar. Akibatnya diputus lagi dan warganya ditagih tuk
menyetor sejumlah uang ke PLN.
Setelah
menjelaskan aksi penipuan PLN yang menimpa warganya, camat lalu berkicau soal
pencurian listrik PLN di PT. Panbers. Ia tak puas, karena warganya
dikejar-kejar, tapi perusahan itu aman-aman saja
.
"Perusahan
karet ini juga pakai listrik PLN. Mereka hanya beli gardu listrik sekitar Rp.2
milyar. Sisanya punya PLN," ujarnya polos.
Kicauan
camat itu ternyata terbukti di lapangan. Dari hasil investigasi terungkap,
kalau ada puluhan tiang listrik milik PLN yang tertanam mulai dari arah Migodo
menuju perusahan.
Kabel
telanjang bertegangan tinggi juga telah terpasang. Bahkan kabel berbungkus plastik
hitam yang mengaliri listrik ke rumah karyawan dan kantor PT. Pambers juga
telah terpasang.
Pada
satu sisi jalan perkebunan di dekat satu gedung ada gardu listrik. Satu
terpasang pada tiang tinggi dan ada gardu pengendalinya menempel pada tiang di
dekat tanah.
Sumber
orang dalam PLN yang mewanti-wanti namanya dirahasikan mengungkapkan, kalau
tiang dan kabel listrik menuju perusahan itu telah dipasang diam-diam saat
kepala Ranting Waeapo dijabat oleh omnum PLN bernama Hidayat dan pimpinan Rayon
PLN Namlea masih dijabat Ramly Malawat.
Namun
alirannya masih belum menyala di kompleks perusahan itu, karena harus menunggu
pemasangan gardu terlebih dahulu.
Konon
kabarnya sembilan buah tiang listrik terakhir, berikut gardunya baru dipasang
pada April lalu dan listrik PLN
dinikmati perusahan itu pada Mei 2017.
"Tiang
listrik yang 9 buah ini juga milik PLN yang diambil dari lokasi banjir bulan
April lalu. Iqbal yang bertanggung jawab menyambung aliran ke perusahan secara
ilegal," tutur sumber ini.
Pada
perusahan itu terdapat pemasangan meteran 33.000 watt. Namun pemakaiannya tak
menggunakan pembatas, alias los strom.
Kepala
PLN Rayon Namlea, Wahyu Saputra yang ditemui saat berada di PLN Ranting Waeapo,
Rabu siang (13/9), tak mengelak kalau adanya aksi pencurian listrik alias
penyambungan ilegal di perusahan itu.
Setelah
ia tahu kalau kasus di perkebunan karet sudah tercium, Wahyu sempat meminta
agar wartawan dapat menemui seorang manajer PT. Panbers bernama kecil Edy.
Ditanya
lebih jauh perihal penyambungan ilegal ke perusahan karet ini, Wahyu
mengatakan, saat disidak perusahan itu sudah berbulan-bulan menikmati aliran
listrik milik PLN.
Sebelumnya
tak ada jaringan menuju perusahan itu dari arah depan jalan utama di
Waegernangan .
Jaringan
terpasang lewat jalur belakang ditarik dari Migodo, sehingga tak diketahui
khalayak ramai.
Tiang
listrik dan kabel telanjang semua milik PLN yang dipasang oleh oknum di
perusahan plat merah itu secara ilegal pula.
Lazimnya,
kata Wahyu, PT. Panbers terlebih dahulu harus menyurati Pimpinan Rayon PLN
Namlea untuk meminta penyambungan aliran.
Dengan
alasan surat tadi, pihaknya akan meneruskan ke pimpinan cabang di Ambon guna
meminta pengadaan tiang dan kabel karena disana belum ada jaringan.
Sesudah
itu, secara resmi PLN membangun rajingan baru menuju perkebunan karet. Dan
untuk menyambung ke perusahan juga harus ada kewajiban lain yang dipenuhi.
Tapi
ketika dimintai ketegasannya kalau perkebunan karet telah penuhi prosedur dan
menjadi pelanggan, ia akhirnya menjawab tidak. Untuk memasang aliran 33.000 watt
saja, perusahan ini wajib membayar biaya penyambungan sekitar Rp.35 juta.
Wahyu
mengaku peeusahan ini ada merogoh kocek untuk penyambungan dan tiang sekitar
Rp.250 juta. Ia tahu itu karena pernah diperlihatkan oleh seseorang yang
bernama Edy.
Ketika
ditanya berapa kerugian yang diderita PLN akibat aksi pencurian aliran di
perkebunan karet itu, Wahyu tak berani memastikannya.
Menurut
Wahyu, dengan menggunakan daya 33.000 watt dan ada pembatas, biasanya pelanggan
membayar sekitar Rp.15 juta s/d Rp.20
juta per bulan.
"Mereka
tak pakai pembatas. Kabel yang di dekat meter saja saat dipegang sangat panas,"
cerita Wahyu.
Selama
berada di PLN Waeapo, wartawan tak melihat Iqbal berada di sana. Menurut Wahyu,
anak buahnya itu ada di Mapolres Buru. "Hari ini dia akan ditahan oleh
polisi," jelas Wahyu.
Selama
berada di PLN Waeapo, ada beberapa korban juga terlihat datang untuk membayar
sejumlah uang dengan nilai berfariasi. Wajah mereka terlihat sedih dan masam,
karena harus merogoh kantong jutaan rupiah agar bisa nikmati penerangan PLN.
"Kami
tidak tahu kalau sambungan tanpa meter ilegal. Yang nyambung kan orang PLN
setelah kami membayar resmi ke PLN," papar Sukardi.
"Bukannya
mereka datang memasang meter. Tapi saya disuruh datang lagi bayar Rp.1,4 juta
agar listrik tetap menyala. Dia yang nyambung aliran ke rumah saya," jelas
Sukardi sambil menunjuk seorang petugas PLN Waeapo .
Petugas
yang ditunjuk ini sempat kaget lalu buru-buru menyingkir ke belakang salah satu
rumah dinas di kompleks PLN Waeapo.(KT-10)
0 komentar:
Post a Comment