Ambon,
Kompastimur.com
Menyikapi perkembangan media saat ini yang memberikan
dampak yang sangat luas bagi berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat,
Greeneration Foundation bekerjasama dengan Kedutaan Amerika di Jakarta
mengadakan lokakarya "Social Media For Social Good" di Ambon, Jumat
(8/9).
Lokakarya Social Media For Social Good ini terselenggara
atas kerjasama Greeneration dan Kedutaan Amerika di Jakarta, yang dilakukan
diberbagai daerah di Indonesia termasuk di Ambon.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan itu, pengguna media
sosial diminta agar lebih bijak dalam menyikapi maraknya peredaran berita hoax
yang akhir-akhir ini tersebar melalui media sosial.
Kepada wartawan, Founder Greeneration, Mikha Agustina
dalam keterangan persnya mengatakan, pengguna media sosial sebaiknya lebih
selektif dalam membagikan berita yang marak muncul melalui medsos, dengan
terlebih dahulu memverifikasi sumber informasi yang disebarkan.
Hal ini, lanjutnya, disebabkan karena bisa saja berita
yang disebar adalah berita hoax yang kemudian dapat merugikan masyarakat, baik
secara imdividu maupun sosial.
“Fungsi verfikasi penting untuk mengetahui berita yang
dibagikan di medsos itu apakah itu benar atau hoax, rujukannya harus ke media
arus utama,” ujar Mikha Agustina usai menggelar Lokakarya Sosial Media for
Sosial Good di Ambon, kemarin.
Para peserta yang hadir mengikuti kegiatan tersebut,
baik dari kalangan mahasiswa, pelajar maupun komunitas-komunitas yang ada di Kota
Ambon diberikan penguatan pengetahuan tentang penggunaan media sosial secara
cerdas. Seperti saat membagikan sebuah foto maka pengguna media sosial harus
memberikan tagar sebagai bentuk penggunaan internet yang sehat.
“Banyak kegiatan positif seperti kegiatan sosial yang
belum secara masif dibagikan ke medsos, diharapkan melalui kegiatan ini ada
gerakan secara masif untuk membagikan kegiatan yang positif dan kegiatan sosial
lainnya di medsos,” jelas Mikha.
Mikha membeberkan, di Indonesia, dari hasil penilitian
Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (JPPI) tahun 2016, bahwa dari 256,2
juta penduduk, sebanyak 132,7 juta terhubung ke internet. Dengan angka tersebut,
tentu sangat rentan terhadap penyebaran berita hoax yang tidak dapat
dikendalikan jika tidak disertai dengan literasi untuk penggunaan medsos yang
sehat di daerah.
"Karena itu sehingga Maluku juga menjadi lokasi
dilakukannya kegiatan tersebut, sebab penduduk yang terhubung ke internet
tersebar secara merata termasuk juga di Maluku," tandasnya.
Sementara itu, Lidwin Marcella dari Greenneration
menambahkan, dari pengamatan berita hoax yang beredar selama ini, banyak
diproduksi mengenai isu-isu sensitif, diantaranya isu rasa yang paling
mengemuka dibandingkan lainnya.
"Contohnya seperti kejahatan kemanusian terhadap
etnis muslim Rohingya di Myanmar. Menurutnya tidak semua foto atau berita
maupun artikel yang dibagikan di medsos merupakan sebuah fakta dari peristiwa
yang terjadi namun kebanyakan berita hoax," kata Lidwin.
Oleh sebab itu, lanjut Lidwin, fungsi verifikasi isu
yang tersebar di medsos sangatlah penting bagi para pengguna medsos, apalagi
biasanya berita itu dibagikan oleh situs dan bukan media yang notabenenya
sebagai sumber utama.
“Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa sudah
banyak aplikasi yang tersedia, salah satunya google. Yang mana bisa menyediakan
aplikasi untuk memverifikasi tahun berapa foto tersebut. Apalagi kegunaan dari
medsos sangat penting jika digunakan secara bijak,” tuturnya.(KT-SH)
0 komentar:
Post a Comment