Kegiatan seminar
dalam rangka Revitalisasi dan Reaktulisasi Budaya Lokal yang diselenggarakan
oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) yang
kegiatannya dipusatkan di Penginapan Mentari Indah Desa Piru Kecamatan Seram
Barat, Selasa (19/09/2017) dibuka oleh Assisten III Setda Kabupaten SBB, Leo
Kakisina.
Dalam sambutannya,
Leo Kakisina mengatakan, dalam rangka membicarakan berbagai hal terkait dengan
kehidupan orang basudara dan budaya serta kearifan lokal yang dimiliki melalui
kegiatan ini, pihaknya sangat mengapresiasi dan menyambut gembira
dilaksanakannya kegiatan ini.
Dimana, menurut
Kakisina, ada beberapa hal yang mendasari
urgensinya pelaksanaan kegiatan ini, yakni : Pertama, Budaya lokal merupakan modal sosial kultural yang punya
peran sangat penting dan strategis dalam rangka transformasi pembangunan di daerah
ini. Karena di dalam budaya lokal, terkandung nilai-nilai kearifan lokal (Local
Wisdom) dan kecerdasan Lokal (Local Genius);
Kedua,
Budaya lokal di daerah
ini merupakan cerminan identitas kultural yang tidak boleh kita lupakan, ada
pameo yang mengatakan bahwa ‘barang siapa yang lupa akan budayanya, dia akan
kehilangan jati dirinya, barang siapa yang kehilangan jatih dirinya, maka dia
akan kehilangan harga dirinya’. Adapun identitas kultural itu, meliputi simbol
seperti pakaian, rumah atau ritus seperti upacara, tarian, maupun aturan yang
menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam dan manusia
dengan Tuhannya;
Ketiga,
Hancurnya budaya lokal yang disebabkan oleh beberapa factor,
antara lain: Penyeragaman budaya, seperti yang pernah terjadi pada zaman orde
baru, melalui UU No 5 Tahun 1979. Dimana
semau struktur pemerintahan negeri Hena dan Aman diganti menjadi Desa. Contoh lain
pula penyeragaman beras menjadi makanan pokok, raupnya bahasa daerah yang disebabkan oleh politik pecah bela
(devide at impera) penjajah, dan pengaruh media dimana kita dipaksakan dan
dihipnotis untuk berbahasa sesuai selera pasar yang ditawarkan.
“Adanya politik
identitas yang mengatasnamakan suku, agama dan golongan sehingga melemahkan ikatan hidup orang basudara, seperti
yang tercermin dalam budaya pela, gandong, Wari dan Wa yang kita anut di daerah
ini, pengaruh globalisasi yang ditandai dengan cara berfikir yang individualis
dan pragmatis, sehingga relasi yang dibangun atas dasar kerelaan seperti budaya
Masohi, Badati, Babalo dan Ma’anu tergantikan dengan relasi yang sangat
transaksional dan berbau materi,” katanya.
Dirinya pun berharap
melaui seminar ini kita dapat merevatalisasi dan menghidupkan kembali pelbagi
budaya lokal kita untuk kase bae
Kabupaten SBB ini menjadi daerah yang
maju, sejahtera, aman, rukun dan berkeadaban.
Adapun kegiatan
seminar dalam rangka Revitalisasi dan Reaktulisasi Budaya Lokal yang diikuti
oleh 92 para Kepala Desa yang ada di Kabupaten SBB serta menghadirkan dua narasumber
yakni DR, Abidin Wakano yang berasal dari akademisi Intitut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ambon dan Prof. Jeky Manuputty yang berasal dari Akedemisi UKIM Ambon. (KT-MFS)
0 komentar:
Post a Comment