Jakarta,
Kompastimur.com
Pekerjaan rumah
bangsa Indonesia paling penting yang harus segera diselesaikan saat ini adalah
mempersempit kesenjangan dan mengurangi ketimpangan di antara sesama warganya.
Masalah pemerataan
ekonomi ini harus jadi prioritas, bukan hanya bagi pemerintah tapi juga swasta.
Apalagi pada saat yang sama, negara tak cuma menghadapi berbagai masalah
ekonomi, tetapi juga masalah sosial politik keagamaan seperti radikalisme dan
terorisme.
Demikian benang merah
Forum Dialog yang diselenggarakan President Office Sinar Mas bertema Ekonomi
Berbasis Kerakyatan: Merekat Perbedaan, Memperkuat Persatuan, Rabu (27/9), di
Jakarta.
Pembicara utama dalam
forum dialog ini adalah Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif yang lebih dikenal dengan
panggilan Buya Syafii dan Dr Sudhamek AWS. Sedangkan sebagai penanggap adalah
mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah dan mantan KSAL Laksamana
(Purn) Marsetio. Bertindak sebagai moderator adalah mantan Menteri
Perindustrian yang kini menjabat sebagai Managing Director Presiden Office
Sinar Mas, Saleh Husin.
“Bung Karno pernah
menyatakan, tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka. Tapi setelah
72 tahun, kita tahu kemiskinan masih menjadi masalah utama bangsa ini,” kata
Anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP
Pancasila) Syafii Maarif.
Menurut Syafii, bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia uang tampak begitu liar, tapi bagi sejumlah
sektor swasta seperti Sinar Mas, uang terlihat begitu jinak.
“Kemampuan
menjinakkan uang inilah yang harus ditularkan kepada masyarakat luas,”
tambahnya.
Syafii menjelaskan,
bangsa Indonesia sesungguhnya sudah memiliki modal yang sangat bernilai, yakni
Pancasila, karena setiap sila di dalamnya bisa menjawab setiap masalah secara
menyeluruh dari berbagai dimensi. Dalam pemerataan kesejahteraan misalnya,
upaya menjawabnya tidak saja dari sisi ekonomi, tapi juga aspek sosial hingga
hati nurani.
Begitu pula dengan
ancaman intoleransi dan radikalisme, tidak cukup hanya ditangani dengan
penegakan hukum semata, tapi mesti melibatkan pula aspek sosial, ekonomi,
pendidikan dan sebagainya.
“Agar tidak muncul
paham berani mati karena takut hidup. Itu teologi maut namanya,” tegas mantan
Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.
Sedangkan Chairman
Garuda Food Sudhamek menekankan pentingnya 4 prinsip dasar kemitraan sebagai
landasan hubungan sosial ekonomi pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM). Keempat prinsip dasar itu adalah saling membutuhkan, saling menguatkan,
saling percaya dan saling menguntungkan.
Keempat prinsip dasar
itu harus dijalankan kalau kita ingin memberdayakan (UMKM).
Menurut Sudhamek,
selama ini UMKM lebih banyak diperlakukan sebagai objek, bukan subjek.
“Bantuan yang
diberikan pun sering setengah jalan, jadinya tidak tuntas,” ujarnya.
Semua itu menunjukkan
penanganan UMKM belum sepenuhnya professional dan holistik.
Managing Director
Presiden Office Sinar Mas Saleh Husin menyatakan, diskusi semacam ini, yang
diikuti para eksekutif di lingkungan Sinar Mas, merupakan kegiatan reguler
korporat.
“Temanya
berbeda-beda, mengikuti situasi dan kondisi aktual bangsa ini. Yang jelas,
Sinar Mas memang punya komitmen kuat untuk tumbuh dan berkembang bersama-sama
masyarakat Indonesia, termasuk didalamnya mendorong percepatan pemerataan
ekonomi,” ujarnya usai diskusi. (KT-rls)
0 komentar:
Post a Comment