Namrole, Kompastimur.com
Pihak Polsek Namrole harus bisa mengungkap motif dan pelaku pembobolan Kantor DPRD Kabupaten Buru Selatan (Bursel) yang dilakukan Orang Tak Diikenal (OTK), Minggu (23/7) lalu yang mengakibatkan terjadinya kerugian sebesar Rp. 80 juta.
Pihak Polsek Namrole harus bisa mengungkap motif dan pelaku pembobolan Kantor DPRD Kabupaten Buru Selatan (Bursel) yang dilakukan Orang Tak Diikenal (OTK), Minggu (23/7) lalu yang mengakibatkan terjadinya kerugian sebesar Rp. 80 juta.
Hal
itu ditegaskan oleh anggota DPRD Kabupaten Bursel yang juga politisi PAN, Thaib
Souwakil kepada wartawan di Namrole kemarin.
“Kita
harap polisi serius mengungkap persoalan ini karena ini terkait dengan uang
negara yang harus dipertanggung jawabkan,” kata Thaib.
Menurut
Thaib, jika pihak kepolisian serius, maka tidak sulit dalam mengungkap kasus
yang sering terjadi di kantor wakil rakyat itu.
“Akan
sangat naïf jika polisi tak mampu ungkapkan ini, sangat sederhana beta pikir.
Cuma tergantung polisi punya kemauan atau tidak. Kemauan polisi ada atau
tidak,” ujar mantan Sekretaris DPD PAN Kabupaten Bursel itu.
Thaib
menduga, sering terjadinya kasus pembobolan di DPRD Kabupaten Bursel maupun di
sejumlah SKPD lainnya selama ini hanyalah akal-akalan untuk mengelabui proses
pertanggung jawaban di SKPD-SKPD tersebut, termasuk di DPRD setempat.
“Karena
bisa saja dong peggunaan pada pos lain, dong pake alasan kasus begini. Jadi
bisa saja. Artinyya kalau tidak diungkap, kita sebagai anggota DPRD maupun
sebagai masyarakat bisa menduga bahwa inikan hanya mengelebui pertanggung
jawaban. Jadi jangan sampai kedepan motif ini dipakai juga oleh SKPD-SKPD yang
lain atau KPA-KPA yang lain,” paparnya.
Apalagi,
lanjutnya, jika polisi tak mampu mengungkap pelaku pembobolan ini, maka bisa
saja dijadikan sebagai tradisi oleh oknum-oknum yang sama maupun pemain yang
baru.
“Itulah,
itukan jadi motif yang permanen kedepan kalau ini tidak segera diungkap to.
Karenaa sangat-sangat sederhana kok kalau ada kemauan polisi. Pihak kepolisian
untuk mengungkap. Jangan sampai ada indikasi lain to. Kalau ini dibiarkan nanti
dia menjadi tradisi karena sudah berulang. Kedepan bisa saja orang pakai
dalil-dalil bagini,” pungkasnya.
Sebagaimana
diketahui, telah terjadi kasus pembobolan Kantor DPRD Kabupaten Bursel, Minggu
(23/7) oleh OTK. Dimana, dalam aksi pembobolan itu, uang sebanyak Rp. 80 juta
maupun mesin CCTV di kantor tersebut dibawa kabur oleh pelaku yang hingga kini
belum dapat diungkap oleh pihak kepolisian setempat.
Namun,
anehnya ketika kejadian itu dikonfirmasi kepada Kapolsek Namrole, AKP Amin
ternyata Amin malah terkesan tak ingin agar kasus ini tak diketahui wartawan
dan balik menanyakan kepada wartawan dari mana wartawan mengetahui informasi
itu.
“Siapa
yang ngasih info,” kata Amin balik kepada wartawan ketika ditanyai wartawan
soal kronologis dan langkah apa yang sudah dilakukan pihak Mapolsek pasca
menerima laporan kejadian itu via pesan singkatnya.
Karena
terkesan ada upaya menutupi kejadian ini, wartawan Siwalima Elvis Lahallo dan
wartawan Mimbar Rakyat Marlan Lahallo pun langsung terjun ke TKP pukul 11.30
WIT untuk meliput langsung kejadian itu.
Sesampainya
di TKP, memang didapati bahwa sejumlah anggota polisi dan Bendahara Sekwan
Mahyudin Soamole sementara berada di luar ruang kerja Bendahara DPRD.
Soemole
dan anggota Mapolsek Namrole pun sempat bercakap-cakap dengan wartawan merincih
sedikit soal kejadian itu.
Bahkan
Soamole pun sempat menunjukkan bagian pintu ruangan Sekwan yang rusak dan
ketika akan menunjukkan pintu ruangan Sekretaris Pribadi (Sekpri) Ketua DPRD
yang rusak, wartawan tak langsung menuju ke depan ruang kerja bendahara setelah
mengetahui bahwa Brangkas yang dalam kondisi rusak masih berada di dalam
ruangan itu dengan niat untuk mengambil gambar.
Tetapi,
ketika Marlan Lahallo wartawan Mimbar Rakyat yang turut didampingi Elvis
Lahallo mengambil gambar foto dari luar ruangan ketika Kapolsek Namrole AKP
Amin dan Kanit Reskrim Aiptu Anthon sementara melakukan olah Tempat Kejadian
Perkara (TKP), tiba-tiba saja Amin dan Anthon langsung membentak keduanya.
“Siapa
kamu, hapus fotonya,” kata Amin dan Anthon setelah kedua wartawan mengaku bahwa
mereka adalah wartawan.
Parahnya,
kendati tak memasang police line di
TKP dan wartawan hanya mengambil gambar foto proses olah TKP itu dari luar
ruangan kerja Bendahara, teryata Kapolsek Namrole AKP Amin dan Kanit Reskrim
Aiptu Anthon yang sebelumnya terkesan menutupi kasus ini masih marah-marah dan
menuding bahwa wartawan merusak alat bukti.
“Siapa
yang suruh kalian kesini. Hapus fotonya, Kami sementara olah TKP. Jangan rusak
alat bukti,” bentak Amin.
Ketika
wartawan menyahuti bahwa jika wartawan tak boleh masuk, harusnya dipasangkan police line dan seharusnya Amin dan
Anthon bisa menegur wartawan secara baik-baik tanpa harus bentak-bentak dan
marah-marah. Tetapi, Amin dalam kondisi marah malah berdalih bahwa dirinya
sudah memberikan tanda di depan pintu ruangan kerja Bendahara agar tidak boleh
ada orang yang masuk kendati wartawan pun saat mengambil gambar itu tidak masuk
ke ruangan itu.
“Saya
sudah kasih tanda disitu,” kata Amin. Padahal, ketika diamati oleh wartawan,
entah tanda apa yang dimaksudkan oleh Amin karena tidak ada Police Line dan tanda apa-apa disitu,
bahkan wartawan Mimbar Rakyat Marlan Lahallo baru masuk ke ruangan itu ketika Kanit
Reskrim Aiptu Anthon ngotot untuk wartawan menghapus foto itu.
Tak
hanya wartawan yang dibenatk dan dimarahi oleh keduanya, tetapi Amin pun turut
membentak dan marah-marah kepada sejumlah anak buahnya di luar ruangan itu
karena membiarkan wartawan mengambil foto.
“Piket!!!
Kenapa kalian biarkan wartawan masuk. Kami sementara olah TKP,” teriak Amin
kepada sejumlah anak buahnya. Dimana atas teriakan itu, dua personil polisi pun
langsung berjaga-jaga di depan pintu ruang kerja Bendahara itu dan menutup pintu
tersebut.
Dengan
kondisi itu, kedua wartawan pun meninggalkan lokasi TKP pada pukul 11.45 WIT
dan kembali ke rumah. Tetapi ketika sampai di rumah, Kapolsek malah menelpon
wartawan yang tadi dimarahi. Tetapi wartawan tidak meresponinya. Tak hanya Kapolsek,
dua anak buahnya pun diarahkan untuk menelpon wartawan, tapi wartawan juga tak
meresponinya.
Anehnya
lagi, tak lama kemudian, Kapolsek pun mengirim pesan singkat kepada wartawan
Siwalima Elvis Lahallo untuk segera menemuinya di gudang guna memberikan info
kepada dirinya terkait kejadian pembobolan kantor wakil rakyat itu.
“Temui
saya di gudang. Saya butuh sedikit info,” katanya.
Terkait
pesan singkat itu, wartawan yang hendak membalas pesan singkat Kapolsek pun
langsung didatangi oleh Kanit Intel Polsek Namrole Gustam Mahulette untuk
menanyakan dari mana wartawan mengetahui informasi adanya kejadian di DPRD itu.
Wartawan
Siwalima, Elvis Lahallo pun mengakui mendapatkan informasi itu dari status Facebook salah satu kontraktor bernama
Haryanto Telessy yang tinggal tak jauh dari TKP dan kemudian wartawan pun
langsung mengkonfirmasinya kepada Sekretaris Dewan (Sekwan) Hadi Longa yang
kemudian membenarkan dan menceritakan kronologis kejadian itu.
Setelah
mendengar penjelasan wartawan, sang Kanit Intel pun langsung pamit pergi.
Tapi,
sebelum Kanit Intel pamit pergi tersebut, Kapolsek Namrole AKP Amin pun
mengirimkan pesan via WhatsApp yang
membenarkan bahwa pihaknya sementara melakukan olah TKP sambil menanyakan
kepada wartawan dari mana wartawan mendapatkan informasi itu.
“Iya.
Skarang masih olah TKP. Tapi ngomong-ngomong bos (wartawan-red) dapat info dari
siapa,” kata Amin.
Sementara
itu, Sekwan, Hadi Longa yang dikonfirmasi via telepon selulernya, Minggu (23/7)
siang membenarkan insiden itu dan berharap polisi bisa mengungkap kasus ini.
“Iya
saya berharap semoga bisa diketahui dan bisa terungkaplah. Sebab ini bukan yang
pertama kali,” pungkasnya.
Sementara
itu, Bendahara Setwan Mahyudin Soamole yang ditemui di Kantor DPRD Bursel pun
mengakui bahwa akibat insiden itu dana sekitar Rp. 80 juta raih dibawah kabur
oleh OTK.
“Iya
sekitar Rp. 80 juta yang dibawa kabur oleh OTK,” kata Soamole kepada wartawan
sambil menunjukkan kerusakan yang terjadi pada ruangan Sekwan maupun ruangan
kerjanya. (KT-01)
0 komentar:
Post a Comment