Namrole,
Kompastimur.com
Wakil Ketua Matgugul Mual, Roy Solissa juga
melontarkan kecamannya terhadap tindakan pelecehan yang dilakukan oknum
tertentu terhadap adat Pulau Buru ketika Festival Duen digelar, Selasa (7/8)
lalu di Kali Waetina, Desa Namrinat, Kecamatan Namrole, Kabupaten Buru Selatan
(Bursel).
Roy kepada wartawan di Namrole, Rabu
(9/8) mengaku bahwa pemakaian Ifutin (Lenso Kepala) kepada wisatawan wanita
asal Amerika Serikat bernama Patricia yang mandi di Kali Waetina dengan menggunakan
busana sebatas bikini tersebut merupakan pelecehan terhadap adat Pulau Buru.
“Saya akui memang Pemda sudah minta
maaf, tapi apakah permintaan maaf itu jaminan. Ini jati diri. Jadi saya minta
kepada Pemda, lain kali berhati-hati, maaf boleh saja secara lisan, tetapi
secara hati nurani saya sangat menyesal,” tegasnya.
Dirinya pun mengecam para anak adat di
Dinas Kebuadayaan dan Pariwisata Kabupaten maupun yang hadir saat kegiatan
Festival Duen dan membiarkan insiden pelecehan terhadap adat Pulau Buru itu
terjadi.
“Sebagai pemerintah adat, Wakil Matgugul
Mual, saya sangat mengecam anak-anak adat sebagai pewaris-pewaris adat di Pulau
Buru, kenapa itu dibiarkan, bahkan sampai foto setengah telanjang (bikini-red)
pakai Ifutin. Ifutin itukan mahkota kerajaan, jangan main-main dengan Ifutin.
Itu jati diri, logo kabupaten ini ada pada Ifutin. Jadi jangan sampai disalah
gunakan, jadi anak-anak adat yang berperan di dunia pariwisata, saya minta lain
kali jangan ini terulang lagi dan itu tidak diberkati oleh Yang Maha Kuasa,”
paparnya.
Lanjut Roy, semua anak adat Pulau Buru
harusnya bisa menjaga adat secara baik dan tak membiarkan adat dilecehkan
begitu saja. Jadi, kepada anak-anak adat Pulau Buru yang ada di Pemkab Bursel,
khususnya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bursel dihimbau untuk
tidak merubah tatanan adat yang sudah diturunkan turun temurun dari leluhur
hingga saat ini.
“Apa pun alasan harus koordinasi dengan
tua-tua adat karena mereka ini lebih tahu dengan mereka punya adat, jangan
karena sekolah dan merasa pintar lalu mau merubah kita punya jati diri, itu
sangat keliru ya, satu kekeliruhan ada pada kita punya anak-anak sebagai
generasi adat di Pulau Buru, dia harus berpegang teguh pada dia punyya
ketentuan dan janji-janji orang tua sampai saat ini,” ujarnya.
Dirinya mengancam akan memberikan sanksi
denda adat maupun sanksi berupa pemukulan dengan rotan jika ditemukan adanya
insiden-insiden seperti ini terjadi lagi, baik oleh Kepala Soa maupun anak-anak
adat di daerah ini.
“Saya kecam anak-anak yang menerima
tamu, agar jangan terulang lagi. Sebab kalau terulang lagi, resiko di tanggung
sendiri, kita kasih denda adat yang berat, jangan main-main. Ini belum dituntut
semua dari orang-orang tua di Pulau Buru,” paparnya.
Roy pun menegaskan bahwa jika ada Kepala
Soa maupun anak adat yang melakukan kesalahan yang sama, maka mereka dianggab
tidak tahu adat dan hal itu sangat disesalkan.
“Marga atau soa dari mana, kalau sampai
diketahui itu, lebih baik dia stop dan jangan terulang lagi. Kalau demikian,
maka saya anggab Kepala Soanya tidak tahu adat,” tegasnya.
Dirinya sangat menyesalkan perbuatan
oknum tertentu yang mengenakan Ifutin di kepala wisatawan yang merupakan salah
satu awak Kapal Nauti Nauti itu.
“Ini merupakan pelecehan adat. Janggan
main-main. Ifutin di pakai kepada seorang bule wanita, bule ini siapa? Anak
adat di Pulau Buru?. Kalau saya ada, saya usir keluar,” tegasnya.
Dirinya pun mengaku bahwa
kesalahan-kesalahan seperti ini sering dilakukan, seperti saat pelaksanaan
pembukaan MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku beberapa waktu lalu yang
menampilkan tarian kolosal yang diklaim sebagai tarian Buru, padahal dalam
tarian itu malah menampilkan laki-laki dengan panah. Padahal, masyarakat adat
Buru tidak mengenal panah sebagai senjatanya, yang mereka kenal ialah parang
dan tombak.
Bahkan, atas berbagai kekeliruhan yang
dilakukan oleh oknum-oknum di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bursel,
maka kali ini pihaknya melarang adanya aktivitas Wonderful Sail2 Indonesia di
salah satu icon wisata di Kabupaten Bursel, yakni Air Babunyi di Kecamatan
Leksula.
“Kali ini Air Babunyi saja saya tutup
karena banyak hal yang tidak sesuai, makanya Namrole saja yang buka, karena
kekeliruhan seperti ini terjadi di lapangan dan masyarakat jadi korbban, sebab
punya barang sendiri lai teraniaya dengan akang. Akibat pelaksana-pelaksana
lapangan tidak memahami ini,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Dirinya pun
memberikan apresiasi dan mengaku terharuh dengan langkah-langkah protes yang
dilakukan oleh para tokoh adat dari Noro Pito dan Noro Pa yang tak terima
dengan pelecehan itu.
“Saya punya jati diri dan seluruh
bapak-bapak adat diinjak-injak dan turut sedih bahkan marah dan bisa-bisa
pemerintah harus bertanggung jawab, tapi kita mau Pemda ya kasihan mereka
banyak kurang memahami, tapi di dalam struktur itu anak-anak adat, dia harus
tahu tentang adat dan jati diri kita sebagai masyarakat adat di Pulau Buru,”
tuturnya.
Roy mengaku akan tetap mendukung
berbagai event internasional maupu nasional yang diselenggarakan di Kabupaten
Bursel seperti Wonderful Sail2 Indonesia ini, hanya saja jangan sampai
membiarkan adat Pulau Buru dilecehkan seperti ini.
“Jadi saya minta kedepan, baik
event-event nasional maupun internasional. Bisa saja pintu Bursel terbuka untuk
menyambut siapa pun, tetapi adat di depan dan mengenai adat harus koordinasi
dengan orang-orang tua adat dan bukan sembarang orang yang tidak tahu adat di
pasang untuk menyangko Ifutin. Dia itu siapa. Saya mengecam hal itu. Jadi mohon
kedepan jangan terulang lagi,” pungkasnya. (KT-01)
0 komentar:
Post a Comment