Oleh
Arifudin (Sekretaris Umum IMM Komisariat FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram) |
Menikmati perjalanan hidup ternyata
lebih sulit menikmati perseteruan aktor politik.
Perseteruan aktor politik semakin
tidak ada ujungnya, dan bahkan semakin merajalela, sementara kehidupan rakyat
juga semakin sengsara.
Kapan ya, kita jadi bangsa kaya, hidup
enak, dan tidurpun juga enak.
Bangun,... bangun... kita bangsa yang
kaya. Ternyata ini hanya mimpi.
Boleh kan kita sebagai masyarakat
membayangkan begitu, karena katanya sih kita hidup dalam negara yang kaya dan
semuanya ada, dan bahkan Indonesia surga dunia karena hampir semuanya
di negara kita ada. Tapi kapan ya kita akan sejahtera. Sementara para
pemimpin-pemimpin kita hanya disibukkan ngurus pertikain penguasa.
Apa yang dipermasahkan dan apa yang
diperjuangkan. Nasib rakyat atau nasib golongan.
Sementara rakyat juga semakin terlibat
dan menjadi alat pertikaian penguasa, dalih-dalih penistaan, pelecehan dan
berbagai tudingan macam-macam, dan semuanya hanya memperparah kondisi negara.
kita tidak boleh grutu apalagi mencaci
maki, lagi-lagi nanti kita akan menambah masalah, karena dilaporkan atas nama
pencemaran nama baik.
Sudah pak, kita selesaikan dulu
pertikain ini, tidak ada untungnya bagi kemajuan rakyat. Kita sudah bosan lihat
pertikaan terus. Kita sekarang butuh kehidupan yang layak, bukan hanya disuruh
melihat pertikaan penguasa yang sibuk memperkaya diri sendiri atau pertikaian
kekuasaan. Ini negara bukan dinasti yang berlomba-lomba memperkaya diri
sendiri.
Katanya dulu bapak niatnya pengen
memajukan Indonesia dan selalu mensejahterakan masyarakat miskin, tapi sekarang
malah lupa.
Sibuk bertikai ya pak. Makanya
lupa dengan janjinya.
Sudah pak, tidak perlu merasa bersalah,
dan saling meyalahkan, saya ngerti kalau bapak sibuk.
Sekarang mari kita lupakan dulu
kesibukan, dan lihat kondisi rakyat.
Mari berbenah dan satukan yang tercerai
berai. (*)
0 komentar:
Post a Comment