Maluku tidak miskin fungsional tetapi
miskin struktural, demikian ditegaskan Wakil Bupati Buru Selatan (Bursel) Ayub
Seleky dimana menurutnya sistim-sistim pembangunan pemerintah pusat tidak
menyentuh masyarakat sehinggah masyarakat Maluku menjadi miskin.
Demikian disampaikan Seleky kepada
Wartawan beberapa hari lalu di Kantor Bupati, jalan Mangga Dua, Namrole.
“Bersykurlah kita disini (Bursel) dari
semua kabupaten kota di Maluku kita termiskin kedua setelah kota Ambon. Beta
bersama Bupati sewaktu awal memerintah itu katong miskin kedelapan di Maluku, dimana
angka kemiskinan Bursel saat itu 35 persen, namun sekarang Bursel tinggal 17
persen dan beta berharap angka tersebut bisa turun lagi menjadi 15 persen,”
ujar Seleky.
Sebagai orang nomor dua di Kabupaten
Bursel dan sebagai ketua anak asli Bursel ia menginginkan semua masyarakatnya
tidak miskin.
“jika beta tidak miskin maka saudara-saudara
(masyarakat Bursel) saya tidak boleh miskin,” jelas Seleky.
Seleky mengatakan, di Buru Selatan
tidak ada orang minta-minta (pengemis), tetapi secara Nasional Maluku ada pada
urutan keempat dari bawah yang menjadi daerah termiskinan dari 33 Provinsi di
Indonesia.
Padahal di Jakarta jika kita berjalan
akan melihat pemandangan ada orang yang tinggal di kolom-kolom jembatan, jelas
sangat berbeda dengan di Maluku yang masyarakatnya tinggal dirumah.
''Katong sehari makan tiga kali.
Tetapi mereka disana ada yang makan sehari satu kali. Tetapi angka kemiskinan
justru besar di Maluku,'' ungkapnya heran.
Tandasnya, Maluku tidak miskin
fungsional tetapi miskin struktural dimana sistim-sistim pembangunan tidak
menyentuh masyarakat sehinggah masyarakat Maluku menjadi miskin.
''Katong punya Gunung Botak saja,
semua orang dari seluruh Indonesia datang kerja di situ dan orang Buru miskin,
ini tidak masuk di akal. Tetapi itulah fakta teoritis normatif dengan fakta
emperif tidak sinergis,” paparnya.
Seraya menegaskan bahwa masyarakat di
Maluku dalam sehari makan 3 kali dan
juga memiliki rumah.
“Tetapi karena indikator kemiskinan
diukur dengan orang makan beras, orang makan daging, dan harus punya barang elketronik maka maluku
menempati angka tersebut,” tuturnya
Padahal menurutnya kemiskinan
sesungguhnya adalah tidak menyentuh sandang pangan, namun juga harus
berorientasi juga kepada Sumber Daya Alam (SDA) dengan demikian harapan hidup
masyarakat Maluku jau lebih baik.
''Sumber daya alam kita tersedia
tetapi kita kurang mengelolanya sehingga kita menjadi miskin,'' pungkasnya. (KT-09)
0 komentar:
Post a Comment