Dalam menyambut perayaan hari raya Idul Fitri tentunya
sejumlah mesjid tengah menyiapkan diri untuk melaksanakan sholat Idul Fitri berjama’ah
dan dimeriahkan dengan riuhnya hari besar islam tersebut, kemeriahan hari
kemenangan itupun menjadi fenomena yang sangat bersejarah bagi setiap umat Islam
seduni, Sabtu (24/6).
Seperti hal yang di lakukan oleh masyarakat di Kecamatan
Leihitu Desa Negeri Wakal {Awal} jelang memasuki hari raya idul fitri, sejumlah
area mesjid dan lingkungan masyarakat dibersihkan.
Dari pantauan media ini Upu Latu (Raja) Negeri Wakal,
Ahja Suneth mengatakan negeri ini melaksanakan perayaan hari raya idul fitri 1
syawal 1438 hijriah 2017 masehi, lebih awal dan tidak mengikuti daerah lain
pada umumnya karena negeri ini mengikuti tatanan adat istiadat yang sudah berjalan
dari tahun ketahun yang dilaksanakan oleh pemuka adat dan agama telah berjalan
sejak abad sebelumnya yang terus dilaksanakan sampai saat ini.
Disela-sela pawai akbar yang bergemah dalam momentum
perayaan hari raya Idul Fitri yang ditetapkan pada hari Sabtu 24 juni 2017, di
negeri tersebut Upu Latu {Raja} menambahkan perayaan yang dilakukan di Negeri Wakal
ini dilakukan dengan kemampuan ilmu agama dan melihat jatuhyan awal ramadhan
itu sendiri pada tanda-tanda alam, sehari bulan sampai satu hari bulan itu para
pemuka adat dan agama itu sudah mengetahui jatuhnya bulan suci ramadhan dan
pada perayaan hari raya idul fitripun sama.
Upu Latu mengatakan dalam pawai obor yang dilakukan
setiap tahun itu, merupakan sebuah tradisi yang mengikat deengan agama, karena
itu anak – anak kecil yang memiliki umur dari 7 sampai 9 tahun ke atas mereka
mengambil air langsung membawanya ke Mesjid agar besoknya para pemuka agama dan
adat itu melaksanakan sholat ied mencucikan kaki mereka pada air yang telah di
siapkan tersebut, hal ini menjadi salah satu kebanggaan yang dimiliki
masyarakat wakal pada umumnya.
Raja Wakal mengatakan Negeri Wakal ini memiliki dua
lembaga adat yaitu ada lembaga yang sifatnya adat dan juga bukan adat. Kegiatan
pawai yang dilakukan itu merupakan kegiatan badan adat.
“Saya selaku raja sebagai kepala pemangku adat dan
semuanya sepuluh orang dan itu nanti para anak-anak yang membawa obor itu
berjalan dari sepuluh orang termasuk saya selaku kepala adat di negeri yang
berjuluk ‘Awal’ ini,” katanya.
Saat di konfirmasi terkait Negeri Wakal tidak
mengikuti perayaan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah secara nasional
yang ditetapkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.
Lanutnya, apa yang dilakukan Negeri Wakal ini bukan
sesuatu yang mengada-ngada. Tetapi, yang dilakukan ini kendati tidak mengikuti
kebiasaan secara nasional, tetapi apa yang dilakukan itu tetap di bawah
pengawasan NKRI.
“Masalah itu merupakan masalah ilmu pengetahuan
terkait dengan agama dan semua yang kami laksanakan itu terfokos kepada tanda –
tanda alam,” ucapnya.
Untuk perkembangan dunia Globalisasi yang saat ini
kencang bergemuruh di bumi nusantara Maluku yang masuknya budaya luar, seakan para regenerasi banyak yang
sudah melupakan adat istiadat di negeri yang berjulikan negeri para raja – raja
ini Upu Latu Negeri Wakal mengatakan negeri tersebut sangat menghargai adatntya
dan selalu memeriahkan nuansa adatnya dari pelantikan raja hingga hari besar
seperti bangunan rumah adat (Baileu Ama Lisawana) yang sangat kental di lakukan
hingga hari – hari Besar islam seperti perayaan idul fitri saat ini yang tidak
terlepas dari adat istiadat yang seiring dengan agama yang tidak bisa melibihi
satu sama lain dengan adat istiadat yang selalu di iringi dengan agama dan
tatanan adat yang sangat kental dilakukan. (KT-Baim
Rumadaul)
0 komentar:
Post a Comment