• Headline News


    Monday, May 8, 2017

    MTQ Maluku di Bursel Cerminkan Hidup Orang Basudara

    Namrole, Kompastimur.com
    Ketua DPRD Provinnsi Maluku, Edwin Adrian Huwae mengatakan penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXVII Tingkat Provinsi Maluku yang mulai dibuka oleh Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua, Minggu (30/4) lalu dan ditutupnya Sabtu (6/5) telah mencerminkan begitu eratnya hubungan orang basudara yang terbangun di daerah yang kental dengan budaya Kai Wait (Persaudaraan) ini.

    “Dengan selesainya pelaksanaan MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku di Kabupaten Bursel ini, saya mau mengajak kita semua memanjatkan ribuan syukur, puja dan puji ke hadirat Allah, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sebab event suci ini telah berlangsung dalam kasih dan cinta sebagai orang-orang basudara,” kata Huwae ketika menutup secara resmi pelaksanaan MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku pada Arena Utama MTQ di Kilo Meter II Desa Kamlanglale, Kecamatan Namrole, Sabtu (6/5) malam.

    Menurutnya, pelaksanaan penutupan MTQ yang dilaksanakan itu patut disebut sebagai hari yang penuh rahmat Allah Subhanahu Wa’ta’ala, hari yang menggembirakan dan hari yang membawa kita semua kedalam suasana kehidupan yang penuh dengan cinta kasih sebagai orang basudara.

    “Sebagai kaum Muslim dan Muslimah di Provinsi Maluku, hari ini adalah juga hari yang bersejarah, sebab melalui pelaksanaan MTQ Ke-27 Tingkat Provinsi Maluku yang terselenggara di bumi yang berjuluk Lolik Lalen Fedak Fena ini, kita menegaskan bahwa ke-Islam-an dan ke-Maluku-an adalah dua sisi yang saling menghidupi dan menggerakan relung hati anak negeri untuk bersatu, bergandeng tangan dan mewujudkan toleransi antar umat sebaga wujud dari ke-Islam-an yang sejati.

    Dikatakan, kita telah berkomitmen bersama untuk menyatakan bahwa di Maluku ini agama-agama telah tiba pada puncak peradabannya, yang ditandai dengan pengakuan dan penerimaan yang tinggi satu sama lain.

    “Kita tidak sekedar melakoni toleransi dalam hal saling membantu dan memahami, melainkan kita menjadikan ‘hidop orang basudara’ sebagai nilai etik dasar dari toleransi itu. Dan hidop orang basudara itu menunjukan bahwa sejak zaman dahulu kala, masyarakat Maluku telah hidup dalam ikatan kekeluargaan yang utuh tanpa menjadikan perbedaan sosial dan agama sebagai determinasi dari hidup bersama,” ucap Ketua DPD PDIP Maluku itu.

    Secara general, tambahnya, hal saling mengakui dan menerima sebagai orang basudara itu adalah esensi dan budaya Siwalima yang sekaligus menjadi perekat kohesi sosial di kalangan masyarakat Maluku.

    Secara spesifik, Budaya Kai Wait, juga dibangun di atas fondasi nilai dan kearifan hidop orang basudara dengan memberi tempat yang khusus pada penghargaan terhadap sesama, penghargaan terhadap hak sosial dan hak personal serta janji untuk memelihara perdamaian dan cinta kasih.

    Itu berarti, katanya, dengan diselenggarakannya MTQ XXVII di Bumi Fuka Bipolo sebagai cermin hati dan hidop orang Bursel, maka kita semakin membuka ruang bagi terciptanya peradaban beragama yang santun, terbuka, toleran, dan pluralis-inklusif di Maluku. Suatu sumbangan penting bagi keberagaman Indonesia dan dunia.

    Katanya lagi, menjadi Duta Allah dan Duta Al-qur’an ketika para kontingen menginjak kaki pertama kali di Bumi Fuka  Bipolo ini, pada saat kumandang ayat-ayat suci digemakan, dan pada saat karya-karya kaligrafi di gores sebagai hiasan suci dan bahasa kalbu, saat itulah para kontingen telah membunyikan dan menuliskan pesan-pesan perdamaian sejati dari tanah Maluku kepada dunia.

    “Pada saat itulah saudara-saudara sudah menjadikan Islam sebagai milik masyarakat beradab di Maluku. Saat itu pula saudara-saudara telah melakukan dengan sempurna segala tugas saudara-saudara sebagai Abdi Allah yang sejati,” ujarnya.

    Lanjutnya, Maluku telah mendengar semua kumandang ayat suci, dan jejer pulau-pulau di Seribu Pulau ini mempesona laksana kaligrafi yang indah bagi semua masyarakat, karena itu atas semua yang sudah para kontingen lakoni disini, Huwae berharap para kontingen dapat kembali ke kabupaten, kecamatan, dan desa atau negeri ataupun kampong masing-masing dengan tetap menaburkan keindahan Islam Rahmatan Lil Alamin yang membuat Maluku terus menjadi negeri yang indah, aman, damai, rukun, toleran dan relegius bersendikan budaya Siwalima.

    Sementara, bagi para pemenang dalam setiap ajang lomba di MTQ ini, Huwae ucapkan selamat dengan harapan terus menjadi duta Allah yang selalu menghadirkan ketenangan, kesejukan, dan keteduhan hati dalam relasi dengan sesama.

    Dikatakannya lagi, para kontingen kemudian akan mewakili seluruh masyarakat Maluku, baik Salam, baik Sarane, Hindu, Budha dan menjadi kebanggaan masyarakat Maluku dalam event STQ Tahun  2017 dan MTQ tingkat Nasional Tahun 2018 mendatang.

    “Karena itu kami berharap teruslah berlatih dan jangan berhenti untuk belajar terus serta menjadi bijak,” harapnya.

    Dirinya pun mengajak para kontingen untuk memaknai tema MTQ ‘Musabaqah Talawatil Qur’an (MTQ) Sebagai Sarana dan Wahana Dalam Mewujudkan Kerukunan dan Keharmonisan Hidup Umat Beragama Provinsi Maluku’ sebagai pesan keiklasan yang suci kepada hidup semua orang di negeri kita yang kaya dan tercinta ini.

    Selain itu, Huwae turut berterima kasih kepada seluruh masyarakat Bursel, yang sangat kokoh menjaga dan melestarikan kehidupan beragama.

    “Saya yakin MTQ ini sukses bukan karena partisipasi masyarakat Muslim saja, melainkan basudara Sarane dan Katolik dan begitu juga doa semua saudara Hindu dan Budha di Maluku. Karena itu saya mau berterima kasih kepada semua yang sudah berpartisipasi dan mendukung baik moril, materil dan doanya bagi suksesnya MTQ ini,” ungkapnya.

    Selain itu, kepada Panitia Pelaksana MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku yang di pimpin oleh Wakil Bupati Bursel Buce Ayub Seleky, Huwae turut menyampaikan terima kasih khusus, karena mereka dianggab sudah berjuang sekuat tenaga guna mensukseskan kegiatan yang luhur dan agung ini. “Tuhan saja yang mebalaskan amal baik saudara-sudara,” ucapnya.

    Kepada pemerintah Kabupaten Bursel, para Pimpinan Legislatif di Kabupaten Buru Selatan, Huwae pun menyampaikan terima kasih atas dukunganya terhadap pelaksanaan MTQ Provinsi ini.

    “Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga MTQ dapat berlangsung dengan baik sampai saat ini, saya sampaikan terima kasih, teriring salam dan doa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua,” katanya.

    Sementara kepada Kafilah dan Official, tambahnya, terima kasih untuk partisipasinya, dan teruslah menjadi duta Allah dan duta Islam untuk perdamaian dunia, Indonesia, dan Maluku tercinta.

    “Atas nama Pemerintah Daerah Provinsi Maluku, saya mau berterima kasih secara khusus kepada seluruh lapisan masyarakat Maluku dan terutama semua umat Muslim dan Muslimah yang sudah mendukung tugas-tugas pemerintah daerah. Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoii basudara semua dengan cinta dan kasihnya, serta mengampuni dosa-dosa kita,” tuturnya.

    Sementara itu, pelaksanaan acara penutupan MTQ itu pun tak kalah meriah dan megah. Dimana, selain menampilkan tarian kolosal dan Paskibra yang dibawakan oleh para siswa salam-sarane dari SMA/SMK se-Kabupaten Bursel, penutupan kegiatan itu pun turut diwarnai dengan penampilan paduan suara dari dua komunitas salam sarane.

    Dimana, setelah Huwae melakukan penekanan tombol sirine sebagai tanda penutupan event tersebut, ratusan buah petasan pun turut diledakan di udara untuk memeriahkan acara yang menjadi kebanggaan orang Bursel itu. (KT-02)
    Jangan Lewatkan...

    Baca Juga

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: MTQ Maluku di Bursel Cerminkan Hidup Orang Basudara Rating: 5 Reviewed By: Kompas timur
    Scroll to Top