Ketua
DPRD Provinnsi Maluku, Edwin Adrian Huwae mengatakan penyelenggaraan Musabaqah
Tilawatil Qur’an (MTQ) XXVII Tingkat Provinsi Maluku yang mulai dibuka oleh
Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua, Minggu (30/4) lalu dan ditutupnya Sabtu
(6/5) telah mencerminkan begitu eratnya hubungan orang basudara yang terbangun
di daerah yang kental dengan budaya Kai Wait (Persaudaraan) ini.
“Dengan selesainya
pelaksanaan MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku di Kabupaten Bursel ini, saya mau
mengajak kita semua memanjatkan ribuan syukur, puja dan puji ke hadirat Allah,
Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sebab event suci ini telah
berlangsung dalam kasih dan cinta sebagai orang-orang basudara,” kata Huwae
ketika menutup secara resmi pelaksanaan MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku pada
Arena Utama MTQ di Kilo Meter II Desa Kamlanglale, Kecamatan Namrole, Sabtu
(6/5) malam.
Menurutnya,
pelaksanaan penutupan MTQ yang dilaksanakan itu patut disebut sebagai hari yang
penuh rahmat Allah Subhanahu Wa’ta’ala, hari yang menggembirakan dan hari yang
membawa kita semua kedalam suasana kehidupan yang penuh dengan cinta kasih
sebagai orang basudara.
“Sebagai kaum Muslim
dan Muslimah di Provinsi Maluku, hari ini adalah juga hari yang bersejarah,
sebab melalui pelaksanaan MTQ Ke-27 Tingkat Provinsi Maluku yang terselenggara
di bumi yang berjuluk Lolik Lalen Fedak Fena ini, kita menegaskan bahwa
ke-Islam-an dan ke-Maluku-an adalah dua sisi yang saling menghidupi dan
menggerakan relung hati anak negeri untuk bersatu, bergandeng tangan dan
mewujudkan toleransi antar umat sebaga wujud dari ke-Islam-an yang sejati.
Dikatakan, kita
telah berkomitmen bersama untuk menyatakan bahwa di Maluku ini agama-agama
telah tiba pada puncak peradabannya, yang ditandai dengan pengakuan dan
penerimaan yang tinggi satu sama lain.
“Kita tidak sekedar
melakoni toleransi dalam hal saling membantu dan memahami, melainkan kita
menjadikan ‘hidop orang basudara’ sebagai nilai etik dasar dari toleransi itu.
Dan hidop orang basudara itu menunjukan bahwa sejak zaman dahulu kala,
masyarakat Maluku telah hidup dalam ikatan kekeluargaan yang utuh tanpa
menjadikan perbedaan sosial dan agama sebagai determinasi dari hidup bersama,”
ucap Ketua DPD PDIP Maluku itu.
Secara general,
tambahnya, hal saling mengakui dan menerima sebagai orang basudara itu adalah
esensi dan budaya Siwalima yang sekaligus menjadi perekat kohesi sosial di
kalangan masyarakat Maluku.
Secara spesifik,
Budaya Kai Wait, juga dibangun di atas fondasi nilai dan kearifan hidop orang
basudara dengan memberi tempat yang khusus pada penghargaan terhadap sesama,
penghargaan terhadap hak sosial dan hak personal serta janji untuk memelihara
perdamaian dan cinta kasih.
Itu berarti,
katanya, dengan diselenggarakannya MTQ XXVII di Bumi Fuka Bipolo sebagai cermin
hati dan hidop orang Bursel, maka kita semakin membuka ruang bagi terciptanya
peradaban beragama yang santun, terbuka, toleran, dan pluralis-inklusif di
Maluku. Suatu sumbangan penting bagi keberagaman Indonesia dan dunia.
Katanya lagi, menjadi
Duta Allah dan Duta Al-qur’an ketika para kontingen menginjak kaki pertama kali
di Bumi Fuka Bipolo ini, pada saat
kumandang ayat-ayat suci digemakan, dan pada saat karya-karya kaligrafi di
gores sebagai hiasan suci dan bahasa kalbu, saat itulah para kontingen telah
membunyikan dan menuliskan pesan-pesan perdamaian sejati dari tanah Maluku
kepada dunia.
“Pada saat itulah
saudara-saudara sudah menjadikan Islam sebagai milik masyarakat beradab di
Maluku. Saat itu pula saudara-saudara telah melakukan dengan sempurna segala
tugas saudara-saudara sebagai Abdi Allah yang sejati,” ujarnya.
Lanjutnya, Maluku
telah mendengar semua kumandang ayat suci, dan jejer pulau-pulau di Seribu
Pulau ini mempesona laksana kaligrafi yang indah bagi semua masyarakat, karena
itu atas semua yang sudah para kontingen lakoni disini, Huwae berharap para
kontingen dapat kembali ke kabupaten, kecamatan, dan desa atau negeri ataupun
kampong masing-masing dengan tetap menaburkan keindahan Islam Rahmatan Lil
Alamin yang membuat Maluku terus menjadi negeri yang indah, aman, damai, rukun,
toleran dan relegius bersendikan budaya Siwalima.
Sementara, bagi para
pemenang dalam setiap ajang lomba di MTQ ini, Huwae ucapkan selamat dengan
harapan terus menjadi duta Allah yang selalu menghadirkan ketenangan,
kesejukan, dan keteduhan hati dalam relasi dengan sesama.
Dikatakannya lagi,
para kontingen kemudian akan mewakili seluruh masyarakat Maluku, baik Salam,
baik Sarane, Hindu, Budha dan menjadi kebanggaan masyarakat Maluku dalam event
STQ Tahun 2017 dan MTQ tingkat Nasional
Tahun 2018 mendatang.
“Karena itu kami
berharap teruslah berlatih dan jangan berhenti untuk belajar terus serta
menjadi bijak,” harapnya.
Dirinya pun mengajak
para kontingen untuk memaknai tema MTQ ‘Musabaqah Talawatil Qur’an (MTQ)
Sebagai Sarana dan Wahana Dalam Mewujudkan Kerukunan dan Keharmonisan Hidup
Umat Beragama Provinsi Maluku’ sebagai pesan keiklasan yang suci kepada hidup
semua orang di negeri kita yang kaya dan tercinta ini.
Selain itu, Huwae
turut berterima kasih kepada seluruh masyarakat Bursel, yang sangat kokoh
menjaga dan melestarikan kehidupan beragama.
“Saya yakin MTQ ini
sukses bukan karena partisipasi masyarakat Muslim saja, melainkan basudara
Sarane dan Katolik dan begitu juga doa semua saudara Hindu dan Budha di Maluku.
Karena itu saya mau berterima kasih kepada semua yang sudah berpartisipasi dan
mendukung baik moril, materil dan doanya bagi suksesnya MTQ ini,” ungkapnya.
Selain itu, kepada Panitia
Pelaksana MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku yang di pimpin oleh Wakil Bupati
Bursel Buce Ayub Seleky, Huwae turut menyampaikan terima kasih khusus, karena mereka
dianggab sudah berjuang sekuat tenaga guna mensukseskan kegiatan yang luhur dan
agung ini. “Tuhan saja yang mebalaskan amal baik saudara-sudara,” ucapnya.
Kepada pemerintah
Kabupaten Bursel, para Pimpinan Legislatif di Kabupaten Buru Selatan, Huwae pun
menyampaikan terima kasih atas dukunganya terhadap pelaksanaan MTQ Provinsi ini.
“Kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga MTQ dapat berlangsung dengan baik sampai saat ini,
saya sampaikan terima kasih, teriring salam dan doa semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa memberkati kita semua,” katanya.
Sementara kepada
Kafilah dan Official, tambahnya, terima kasih untuk partisipasinya, dan
teruslah menjadi duta Allah dan duta Islam untuk perdamaian dunia, Indonesia,
dan Maluku tercinta.
“Atas nama
Pemerintah Daerah Provinsi Maluku, saya mau berterima kasih secara khusus
kepada seluruh lapisan masyarakat Maluku dan terutama semua umat Muslim dan
Muslimah yang sudah mendukung tugas-tugas pemerintah daerah. Semoga Allah,
Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoii basudara semua dengan cinta dan kasihnya, serta
mengampuni dosa-dosa kita,” tuturnya.
Sementara itu,
pelaksanaan acara penutupan MTQ itu pun tak kalah meriah dan megah. Dimana,
selain menampilkan tarian kolosal dan Paskibra yang dibawakan oleh para siswa
salam-sarane dari SMA/SMK se-Kabupaten Bursel, penutupan kegiatan itu pun turut
diwarnai dengan penampilan paduan suara dari dua komunitas salam sarane.
Dimana, setelah
Huwae melakukan penekanan tombol sirine sebagai tanda penutupan event tersebut,
ratusan buah petasan pun turut diledakan di udara untuk memeriahkan acara yang
menjadi kebanggaan orang Bursel itu. (KT-02)
0 komentar:
Post a Comment