Proses Pilkada
yang aman dan damai tanpa adanya berbagai aksi intimidasi dan premanisme tentu
sangat diidam-idamkan oleh semua pihak, termasuk masyarakat di Kabupaten Buru
yang akan melaksanakan puncak Pilkada atau pencoplosan pada hari Rabu (15/02).
Hanya saja,
keinginan itu sedikit tercoreng oleh aksi premanisme yang dilakukan oleh
sejumlah oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diduga merupakan pendukung fanatik
pasangan Ramlly Umasugi-Amostofa Besan (RAMA).
Sebab, pada
Senin (13/02) malam sekitar pukul 22.00 WIT, tanpa dasar yang jelas, sejumlah
oknum yang di pimpin langsung oleh Ahmad Daud, Sekretaris Badan Bencana Alam
Daerah (BPBD) Kabupaten Buru layaknya preman datang berbondong-bondong ke sejumlah
peningapan di Kota Namlea dan memaksa siapa saja, utamanya masyarakat yang
berasal dari Kabupaten Buru Selatan (Bursel) maupun Kota Ambon yang kebetulan
berada di Kota Namlea untuk segera meninggalkan daerah itu secara paksa.
Tentu aksi ini
tak seharusnya terjadi dan dilakukan oleh Ahmad Daud dan kawan-kawannya. Sebab,
apa pun motifnya, Ahmad Daud sebagai seorang PNS tidak memiliki kewenangan
untuk mensweping, apalagi memaksa masyarakat yang berkunjung ke Kabupaten Buru
untuk segera meninggalkan kabupaten itu.
Akibatnya,
sejumlah pihak pun merasakan perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh
Ahmad Daud yang adalah mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Bursel
itu. Diantaranya, Sekretaris Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Bursel Basir Mony
dan salah satu tokoh adat Kecamatan Waesama yang juga mantan Caleg Kabupaten
Bursell Co Latuwael beserta sejumlah warga Kecamatan Kepala Madan Kabupaten
Bursel yang sedang bermalam di Penginapan Rama, Namlea.
“Tadi malam,
sekitar pukul 22.00 WIT, datanglah 4 buah mobil berpenumpang kurang lebih 40
orang dibawa pimpinan Ahmad Daud, seorang pegawai ASN di Kabupaten Buru
mendatangi penginapan RAMA di jalan Pendidikan Namlea, tujuan mereka sweping
tamu-tamu dari luar, termasuk dari Bursel,” kata Basir Mony kepada media ini,
Selasa (14/02).
Lanjut Mony,
dalam sweping yang dilakukan oleh Ahmad Daud Cs tanpa dasar hukum itu, pihaknya
lalu diancam dan dipaksa untuk harus segera meninggalkan Kota Namlea malam itu
juga. Namun, pihaknya tidak mengindakan ancaman dan paksaan Ahmad Daud Cs itu.
Ahmad Daud Cs
lalu pergi meninggalkan mereka, tetapi berselang beberapa menit kemudian, Ahmad
Daud Cs terlihat datang lagi dengan tujuan yang sama.
Tak sampai
disitu, pada pukul 23.40 WIT, sejumlah anggota Satpol PP Kabupaten Buru dibawa
pimpinan Iwan Tiapon pun mendatang Basir Mony Cs di Penginapan Rama tersebut. Ketika
tiba, Basir Mony Cs kemudian diinterogasi dan diminta untuk segera menunjukkan
Kartu Tanda Penduduk (KTP).
“Mereka memaksa
beta untuk naik ke mobil agar proses di Pos Satpol PP, beta tidak mau dan
terjadi perdebatan panjang,” kata Basir Mony.
Karena tak ingin
dibawa ke Pos Satpol PP, Iwan Tiapon lalu menjelaskan kepada Basir Mony Cs
bahwa kalau mereka tidak ada urusan, maka harus pulang ke Bursel demi menjaga
keamanan di Buru.
Terkait aksi
sweping itu, Basir Mony pun cukup berang dan menilai apa yang dilakukan oleh
Ahmad Daud Cs sungguh tidak mencerminkan diri sebagai ASN yang baik dan harus
netral dalam berbagai kegiatan politik praktis.
“Ahmad Daud.eee
tahu diri lai, ale itu pegawai ASN, jangan main politik.eee, ini katong pung bab,
takut seng dapat jabatan kah,” tulis Basir
Mony di dinding facebooknya.
Basir Mony
sangat tidak puas dengan ulah Ahmad Daud Cs terhadap dirinya itu.
“Sweping kaya
orang biking maksiat bagitu, Ahmad Daud orang Waesili.eee ce mau jabatan apa???
Bilang biar beta atur ce di Buru Selatan, tapi jang bagitu… terima kasih lai
Sdr… beta seng akan lupa ce pung perbuatan for beta,” kata Basir Mony lagi. (KT-01)
0 komentar:
Post a Comment