Dua hari penayangan perdana Film layar lebar
‘SALAWAKU’ di XXI, Ambon City Center (ACC) Kota Ambon, ternyata membooming dan di
tonton oleh lebih dari 1300 penonton dari kalangan anak-anak hingga lanjut
usia.
Ironisnya,
sampai saat penayangannya, film ini tidak mendapat apresiasi dari Pemerintah
Daerah Maluku. Hal itu disampaikan Eksekutif produser Film SALAWAKU, Iksan
Tualeka kepada wartawan di Ambon, Jumat (24/2).
Menurutnya
Tualeka usai memberikan kejutan bagi penonton bersama para pemainnya di studio
lima, XXI ACC, drama Indonesia, bergenre road movie, yang berlatar belakang
Maluku, tepatnya Pulau Seram Bagian Barat dan merupakan film tentang pencarian
yang disutradarai oleh Pritagita Arianegara yang diproduksi oleh Kamala Film
itu, saat awal set lokasi untuk shooting promo sudah membuka komunikasi lewat
surat resmi hingga pada mendatangi langsung pun tetap tidak ada direspon dari
Pemda Maluku.
“Beta sebagai
Executive Produser sekaligus putra daerah Maluku cukup kecewa karena respon
pemerintah daerah Maluku sama sekali kurang terlihat. Dimana katong telah
beberapa kali mengabarkan terkait film ini, baik melalui surat secara resmi,
media komunikasi hingga mendatangi pemda Maluku secara langsung pun, tidak ada
resapon sedikitpun. Bahkan, minimal disambut secara baikpun tidak dilakukan
oleh Pemda,” ujarnya menggunakan dialeg Ambon.
Padahal sambung
Tualeka, pihaknya berharap bisa ada pertemuan baik dari rumah produksi,
pendukung atau fans dengan pihaK pemda. Agar orang-orang yang berasal dari luar
Maluku yang terlibat di dalamnya merasa dihargai. Karena, film ini implikasi
positifnya itu jauh lebih hebat dari ceritanya.
“Ending dari
film ini adalah menjual salah satu destinasi wisata yang ada di Maluku
khususnya di pulau seram. Dan film itu pengaruhnya sangat kuat terhadap
perkembangan pariwisata suatu daerah di salah satu Daerah di Maluku, karena
jika film ini sukses, dapat menjadi salah satu pintu masuk kemajuan pariwisata
di Maluku. Bulan maret ke beberapa Negara eropa artinya film ini mendapat
apresiasi yang besar dimana-mana," tandasnya.
Yang paling
berkepentingan dengan film ini, katannya adalah pemerintah daerah. harsunya
pemda dapat menyambut baik, bahkan menjeput bola film ini karena 80 persen
mempromosikan wisata Maluku. Bahkan, dengan penghargaan yang cukup banyak yang
diraih melalui film tersebut tidak mampu menarik perhatian pemda dalam melihat
peluang peningkatan pariwisata lewat jalur perfilman.
"Kami
mengharapkan pemerintah dapat menyadari bahwa potensi wisata yang cukup besar
ini harus kita perkenalkan melalui sebuah karya film sebagai sarana untuk
menghubungkan orang dengan lokasi wisatatersebut seperti daerah-daerah
lainnya," pungkasnya.
Pengakuan yang
sama juga diungkapkan produser Film SALAWAKU, Ray Zulham Michael Julius bahwa
sejak awal pihaknya telah meminta bantuan Pemda Maluku dalam upaya membantu
membuka jalan untuk memperlancar proses pembuatan film tersebut, namun tidak
mendapatkan respon baik dari pihak Pemda.
"Tujuan
membuat Film ini di Maluku itu adalah ingin memperlihatkan lokasi-lokasi
potensi pariwisata yang ada di Kota-Kota Kecil di bagian Timur Indonesia. Awal
saya datang di lokasi tempat pembuatan film ini saya telah mencoba meminta
bantuan dari pemda Maluku dalam upaya untuk memberikan jalan dalam rangka untuk
melancarkan dan mempermudah pembuatan film tersebut, namun tidak mendapat
respon baik dari pemda Maluku," terangnya.
Dia berencana
untuk membuat film berikutnya di Maluku, tetapi di lokasi yang berbeda, yakni
di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) yang mana isu yang akan diangkat
menyangkut dengan kawasan perbatasan.
"Saya punya dua cerita di Maluku yang
ingin dijadikan dalam sebuah film juga, yakni di MBD tentang isu Daerah
Perbatasan, dan karena dia adalah kabupaten terluar di Indonesia, serta dengan
di Langgur Kabupaten Maluku Tengggara dengan isu keagamaan yakni Katolik. Kami
berharap agar ada partisipasi Pemda Maluku untuk mempermudah prosesnya,"
tandasnya. (KT-SH )
0 komentar:
Post a Comment