Oleh, --- FA ---
Sementara kalangan menggunakan
argumentasi yang menyebutkan bahwa bila pilkada hanya diisi oleh calon tunggal,
maka akan menghemat anggaran negara sekitar 70 milyar karena 2018 tidak ada
pilkada ulang yang anggaran tersebut bisa digunakan untuk pembangunan. Mari
kita jawab!
1. Jika pilkada ulang digelar 2018,
maka kesempatan bertarung bagi semua anak bangsa akan terbuka lebar dan
meminimalisir calon yang hanya mengandalkan pencitraan dan uang untuk memborong
rekomendasi partai. Dengan demikian, rasa kepuasan masyarakat akan terjawab
karena hadirnya pilihan politik lain yang beragam.
2. Menyangkut penghematan anggaran
yang digunakan sebagai alibi, kita harus tanyakan, bahwa bukankah duit 70
milyar itu adalah uang rakyat, uang negara? Jika menggunakan alasan penghematan
anggaran untuk pembangunan, lantas siapa yang menikmati dana 70 milyar itu dan
mengeruk keuntungan darinya jika bukan barisan calon tunggal?
3. Untuk menghadirkan demokrasi
yang memuaskan dahaga rakyat, maka harus ada pilihan-pilihan alternatif sebagai
antitesa dari rezim sebelumnya yang dianggap bercorak imperialisme, dan itu
tentu saja butuh anggaran. Jika anggaran itu adalah uang rakyat yang akan
digunakan untuk melaksanakan hajatan pesta rakyat, maka penggunaan alibi
"penghematan anggaran" telah terbantahkan.
Dengan demikian, satu-satunya jalan
untuk mewujudkan suasana demokrasi yang tidak monoton dengan muka lama dan atau
calon tunggal adalah dengan mengokohkan konsesus seluruh elemen untuk
menciptakan suasana demokrasi yang penuh dengan banyak pilihan dan itu hanya
akan terwujud jika pilkada ditunda 2018.
Demokrasi harus mampu menghidangkan
banyak pilihan diatas meja prasmanan agar rakyat bisa memilih dengan suasana
hati yang bebas dari tekanan dan intervensi serta iming-iming.
Jika kemarin dulu beras, kemarin
beras, hari ini beras dan dipaksakan agar besok juga harus beras, maka sungguh
suasana yang demikian itu akan membuat kita bosan. Jika ada sagu, ada keladi,
ada kelapa, yang itu semua adalag pilihan menu yang memberi warna keragaman,
mengapa kita harus bertahan dengan beras?
Kita butuh suasana baru, orang baru
dan konsepsi baru untuk merubah keadaan. Wujudkan itu sekarang untuk 2018.***
0 komentar:
Post a Comment