• Headline News




    Friday, December 16, 2016

    Dua Desa di SBT Haus Perhatian Pemkab di Bidang Kesehatan dan Pendidikan

    Bula, Kompastimur.com 
    Desa Nama Andan di Pulau Parang Kecamatan Teluk Waru, Kabupaten Seram Bagian timur (SBT) haus perhatian pemerintah kabupaten (pemkab) setempat terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.

    Sebab, selama ini desa ini seakan diabaikan oleh Pemkab SBT dibawa kepemimpinan Bupati Mukti Keliobas dan Fahri Alkatiri.

    Wa Sony Wa Bula kepada Kompastimur.com, Kamis (15/12) mengatakan, di Desa Nama Andan misalnya, untuk mendapat pelayanan kesehatan penjabat Karateker Desa harus mengontrak tenaga kesehatan sendiri menggunkan Anggaran Dana Desa atau ADD.

    Wa Sony yang merupakan tenaga medis yang di kontrak oleh penjabat desa menggunakan anggaran ADD tersebut, mengaku telah di kontrak selama satu tahun dengan gaji Rp. 800 ribu per/ bulan.
    “Iya pak beta suda dapat kontrak su satu tahun dari karateker desa dengan gaji Rp. 800 ribu per bulan pak,” ungkapnya.

    Selain di, kontrak di Pustu Nama Andan tersebut, Wa Soni pegawai kesehatan itu juga menjelaskan bahwa untuk mendapatkan obat-obatan guna melakukan pelayanan kesehatan juga di dapat dari anggaran ADD Nama Andan dan bahkan iya harus merogek kocek dari kantong pribadi untuk membeli obat-obatan guna memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Desa Nama Andan.
    “Pak disini beta dapat obat sangat susah, terkecuali dari desa yang bali. Sudah dua kali desa mengadakan obat menggunakan ADD, bahkan kalau kepepet beta bali obat dengan beta uang pribadai," tandasnya.

    Sementara itu, gedung Pustu di Desa tersebut telah rusak parah dan tidak layak di lakukan perawatan. Dimana, Pustu itu memiliki 3 ruangan, namun ketiga ruangan tersebut telah rusak parah.
    “Ini ruangan ada tiga tapi sudah tidak layak lagi pak, su bocor bocor, akan sangat riskan seng bisa lai di pakai,” tandanya.

    Wa Soni Wabula berharap kedepannya, pemerintah kabupaten segera menambah tenaga medis di desa tersebut, mengingat kata Wa Soni, ia merupakan seorang bidan dan bukan perawat, sehingga dirinya berharap, kedepan bisa penambahan perawat dan obat-obatan supaya pelayan kesehatan dapat diberikan secara maksimal kepada masyarakat di desa tersebut. Selain dirinya pun berharap, Pustu yang telah rusak berat itu dapat dibangun kembali oleh Pemkab setempat.

    “Beta harap jua kepada pemerintah daerah supaya bisa mendatangkan tenaga perawat karenan beta ini tenaga bidan pak, dan pemerintah bisa memperbaiki bangunan  Pustu ini sehingga katong bisa bikin pelayanan yang baik.

    Sementara Rais Kilbaren, warga Desa Namalena yang merupakan desa tetangga Nama Andan mengatakan, selama ini pelayanan pendidikan di Desa Namalena masih jauh dari harapan, sebab satu sekolah dasar hanya memiliki dua tenaga pengajar.

    Rais mengungkapkan, kedua pengajar tersebut kerapkali meninggalkan tempat tugasnya hingga berbulan bulan dan kembali langsung melakukan ujian tengah semester.

    “Pak katong pung sekolah SD Filiyal di Namalena, seng berjalan proses belajar mengajar pak, bagaimana jalan kalau gurunya cuma dua, dan dong juga tinggalkan sekolah sampai berbulan bulan, datang langsung laksanakan ujian semester,” kata Rais.

    Rais juga mengaku, siswa-siswi di SD Filiyal Namalena tersebut, hingga Kelas 3 SD pun ternyata belum bisa membaca dan menulis, bahkan nyaris tidak bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal, negara telah menjamin lewat UUD 45 bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak dan berkualitas.

    “Katong pung anak-anak itu sampai Kelas 3 SD saja belum bisa baca, jangankan itu lagu Indonesia Raya saja dong seng tau manyanyi, karena upacara hari senin saja seng pernah ada,” ucapnya kesal.
    Hal ini dibenarkan oleh Kepala Desa Namalena, Aisa Rumonin. Aisa mengatakan sangat miris dengan perilaku tenaga pengajar yang sering keluar daerah, yang menyebabkan sekolah sering pula libur tidak berdasarkan agenda pendidikan nasional sehingga para anak bangsa di desa ini seperti dianak tirikan.

    “Pak di Namalena itu kalau guru-guru su kaluar, anak anak su libur. Jadi, kalau guru-guru keluar sampai satu dua bulan, anak-anak pun libur satu hingga dua bulan, nanti guru-guru datang baru masuk sekolah lagi,” bebernya.

    Selain masalah tersebut, lanjutnya, bangunan sekaloh pada desa itu pun telah rusak. Dimana, meskipun sekolah itu memiliki 5 ruangan kelas, namun dua ruangan telah rusak parah, bahkan di sekolah SD Filiyal Namalena 3 Kelas pun terpaksa digabungkan dalam satu ruangan dengan kelas lainnya karena kekurangan ruang belajar.


    Warga Namalena berharap pemerintah Kabupaten SBT secepatnya memperhatikan tenaga pengajar dan ruangan sekolah mereka sehingga anak-anak mereka bisa menuntut ilmu sama seperti anak-anak di sekolah lainya. (KT-FS)
    Jangan Lewatkan...

    Baca Juga

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Dua Desa di SBT Haus Perhatian Pemkab di Bidang Kesehatan dan Pendidikan Rating: 5 Reviewed By: Kompas Timur
    Scroll to Top