Sejumlah anak Negeri Haruku-Sameth yang tergabung dalam
Anak Kampung Peduli (AKP) menggelar malam penggalangan dana pembanguanan
Gedung Gereja Ebenhaezer di Haruku yang berlangsung di Hotel Tirta Kencana,
Kamis (1/12) malam. Penggalangan dana tersebut dilakukan karena sekitar 11
tahun pembangunan dikerjakan, namun panitia pembangunan yang tak mampu
menyelesaikannya.
Kegiatan tersebut
kemudian dikemas dalam acara 'malam badonci' dengan tema 'Badonci Bage Kasih',
dimana pembina acara tersebut yakni Irjen Pol. Murad Ismail dan Muhammad Ongen
Sangadji.
Kegiatan ini juga mendapat respon Positif dan apresiasi
dari seluruh kalangan masyarakat, pejabat daerah, maupun pejabat TNI dan
Polri. Hal ini terlihat dari kurang lebih 250 undangan yang berhasil
terjual.
Badonci Bage Kasih ini merupakan bentuk solidaritas
kerukunan umat beragama yang terjalin di Maluku dan merupakan hal yang langkah
yang jarang ditemui di daerah lain.
Ketua Panitia AKP, Joice Pupela kepada wartawan disela-sela
penggalangan dana tersebut mengatakan, kegiatan pengalangan dana ini merupakan
untuk ketiga kalinya. Kegiatan serupa sudah dilakukan di Jakarta sebanyak 2
kali, dan saat ini digelar di Ambon, untuk menggalang dana pembangunan
Gereja Ebenhaezer di Haruku yang belum selesai.
Sementara itu, dalam
kegiatan yang sama, anggota DPR RI Michael Wattimena yang membuka acara
pengalangan dana tersebut memberikan apresiasi kepada panitia yang
mengagas dan menginisiasi malam bandonci bage kasih yang diwadahi oleh AKP.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan kegiatan yang jarang
terjadi di di daerah lain.
“Setelah saya menerima undangan malam badonci bage
kasih ini. Saya melihat ada sesuatu yang unik di dalam undangan itu. Karena
tidak lazim kita temui sebuah struktur kepanitiaan dalam pembangunan gereja
yang sama seperti yang kita temukan di Maluku pada umumnya. Dimana yang membuat
ketertarikan untuk kami adalah dalam rangka membangun gereja, ternyata pembina
sendiri merupakan saudara-saudara kita yang beragama Muslim seperti Pak Murad
Ismail dan Pak Muhammad Ongen Sangadji. Itulah kebinekaan sejati yang ada di
Maluku yang tidak ada di luar Maluku,” ujar Wattimena.
Dikatakan, hal
ini harus dilestarikan dan dibudayakan, karena ini merupakan warisan leluhur
melalui persaudaraan ikatan pela gandong.
“Ini merupakan bentuk dari manivestasi terhadap apa yang
sudah diletakkan oleh para leluhur yang mana dulunya kalau ada kampung Muslim
membangun masjid maka orang Kristen yang akan berbondong-bodong membangunnya.
Begitupun sebaliknya jika ada orang Kristen membangun gereja
maka orang Muslim akan berbondong-bondong membangunnya,” kata Wattimena.
(KT-SH)
0 komentar:
Post a Comment