Namlea, KT
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy, Minggu (06/11) pagi, menghadiri dan membuka
dengan resmi, kongres Budaya Maluku II, di Aula Kantor Bupati Kabupaten Buru.
Dari pantauan Kompas Timur, Kongres Budaya
Maluku Ke-II, diselenggarakan dengan tema " Mengkokohkan Identitas
Kemalukuan Dalam Prespektif Bopolo."
Turut hadir dalam acara tersebut,
Gubernur Maluku Said Assagaf, Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua, Wakil Ketua
DPRD Maluku Muzakir Said Assagaf, Bupati Buru non Aktif Ramli Umasugi, Plt.
Bupati Buru Johana Suedrajat, Ketua DPRD Kabupaten Buru Iksan Tunggapi dan
sejumlah pimpinan SKPD lingkup Pemda Buru.
Dalam orasi ilmiah dengan tema 'Peningkatan
Mutu Pendidikan pada Masyarakat Daerah
Terpencil dan Wilayah Perbatasan', Effendy menjelaskan, kebudayaan harus mampu
memayungi pendidikan.
Selain itu, kebudayaan juga harus
menjadi ruh bagi pendidikan. Lantaran kebudayan dan pendidikan tidak bisa
dilepas pisahkan.
"Sesungguhnya pendidikan itu
sebuah produk dari budaya. Kebudayaan tidak berada di posisi koordinat apalagi
subordinat, tetapi super ordinat di dalam pendidikan", ungkap Effendy.
Menurutnya, kebudayaan itu bukan
sebatas tari-tarian, bukan sebatas memakai pakaian adat, namun yang terpenting
kebudayaan itu adalah kesadaran kolektif dalam bermasyarakat.
Gubernur Maluku, Said Assagaf dalam
sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Mendikbud RI yang berkenaan hadir
dan membuka Kongres Budaya Maluku ke-II di Kabupaten Buru tersebut.
Assagaf mengatakan, kehadiran
Mendikbud RI telah menunjukan perhatian dan apresiasi pemerintah pusat terhadap
membangunan masyarakat dan pembangunan di Maluku, yang juga sebagai entitas
dari kebudayaan Indonesia.
Dengan begitu, kata Assagaf, tidak akan ada
kebudayaan Indonesia tanpa ada kebudayaan Jawa, kebudayaan Aceh, Batak,
Sumatra, Kalimantan, Bugis, Makassar dan tentunya kebudayaan Maluku.
Menurut Assagaf, kebudayaan Maluku
sebagai identitas kemalukuan, lahir dari masyarakat yang sangat multikultural
karena lahir dari 100 suku bangsa, yang tersebar di kurang lebih 1.340 buah
pulau di Maluku, merupakan kenyataan objektif yang menegaskan ciri masyarakat
pulau yang berkarakter multikultur dan polietnik. (KT-RS)
0 komentar:
Post a Comment