Dobo,
KT
Masyarakat Kota Dobo
sangat kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak PT. PLN, khususnya
Rayon Ranting Dobo.
Pasalnya, hingga saat
ini masih saja terjadi pemadaman lampu di seantero Kota Dobo tanpa ada jadwal
pemadaman yang jelas. Akibatnya, aktivitas masyarakat terganggu dan banyaknya
alat perabot rumah tangga yang rusak.
Anehnya lagi DPRD dan
Pemda Aru tidak punya solusi yang jelas dan tepat dalam mengatasi krisis
listrik yang sudah berbulan-bulan, bahkan makan tahun di Kabupaten yang
berjuluk Jargaria itu.
Pantauan Kompas Timur,
lampu padam siang dan malam hari. Dan jika menyala hanya hitungan 4-5 jam saja
per/hari, sehingga rata-rata hitungan jam lampu padam lebih banyak dari menyala.
Saat ditemui media ini,
salah seorang warga Kota Dobo, Nonsal mengaku balon lampunya putus hampir
setiap hari akibat dari lampu yang suka pada.
“Katong punya lampu
baru beli saja sudah putus karena lampu ini tiap hari mati,” kata Nosal yang
merupakan seorang Ibu Rumah Tangga ini.
Bahkan, karena listrik
rajin dipadamkan oleh pihak PLN itu, masyarakat di daerah itu yang tergabung
dalam dalam Persatuan Pemuda Aru (PPA) pun rencananya akan turun jalan pada
Senin, 21 November 2016.
Namun, karena Bupati
tidak ada di tempat, mereka pun membatalkanrencanya itu sambil menunggu Bupati
setempat tiba di Kota Dobo.
Dari sumber terpercaya
diakui bahwa rencana aksi yang akan dilakukan oleh PPA itu dalam rangka
memprotes kinerja PLN Ranting Dobo yang tidak becus dalam melayani
masyarakatnya.
Apalagi masyarakat
telah dirugikan dengan pemadaman lampu yang sudah sangat keterlaluan, karena
bukan saja mengenai perabot rumah tangga yang rusak. Tetapi rekening listrik
juga membengkak sehingga ada yang membayar ratusan ribu rupiah.
Anehnya juga, kendati
kemampuan kapasitas mesin yang sudah tidak mampu lagi melayani konsumen, namun
pihak PLN masih saja melakukan pemasangan terhadap pelanggan baru.
Dimana, pemasangan baru
itu dilakukan dengan mengenakan biaya sebesar Rp. 3.000.000,- bagi setiap
pelanggan baru dan diduga kuat ada praktek pungli yang sengaja dipraktekkan
oleh oknum-oknum PLN setempat.
Salah seorang Tokoh
masyarakat Kabupaten Kepulauan Aru yang juga adalah pemilik Yayasan Jargaria
Dobo, Thomas Benamen kepada Kompas Timur sangat menyayangkan sikap PLN yang
tidak becus dalam melayani masyarakat Kepulauan Aru.
Olehnya, Benamen
meminta kepada Pemda dan DPRD Aru, juga DPRD Maluku, dan Anggota DPR-RI
khususnya Mercy Barennds, untuk segera mengatasi krisis listrik yang terus
berkepanjang di Kota Dobo tersebut.
Karena menurut Benamen,
di tempat lain listrik padam hanya 1-2 jam saja, namun di Kota Dobo sampai
berhar-hari dan ini yang membuat masyarakat sangat dirugikan. Padahal setiap
bulan masyarakat selalu memenuhi kewajibannya untuk membayar tagihan listrik,
namun hak-hak sebagai pengguna listrik diabaikan begitu saja.
Sementara itu, Anggota
DPRD Kabupaten Kepulauan Aru, Abdul Fata Pasolo saat berbincang-bincang dengan
Kompas Timur mengaku mendukung sepenuhnya aksi masyarakat dalam melihat kinerja
PLN tersebut.
“Sekali-sekali mereka
harus demo yang esktrim sajalah karena selama ini pemerintah pusat belum sama
sekali melihat persoalan kelistrikan di Kepulauan Aru. Jadi bila perlu minta
bantuan Australia saja,” beber Pasolo.
Anggota DPRD dari
Fraksi PAN ini juga mengakui bahwa dirinya pernah jadi korban PLN dengan
mebayar rekening Rp. 20 juta per bulan. Padahal yang seharusnya dibayar hanya
Rp. 300.000,-.
“Hal-hal semacam ini
yang harus diberantas. Apalagi masyarakat yang nanti jadi korban,”
paparnya. (KT-DW)
0 komentar:
Post a Comment