Manokwari, KT
LP3BH Manokwari menyatakan telah mengirim laporan jatuhnya korban sipil yang tertembak polisi dalam bentrok Sanggeng, Rabu malam (26/10), ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
LP3BH Manokwari menyatakan telah mengirim laporan jatuhnya korban sipil yang tertembak polisi dalam bentrok Sanggeng, Rabu malam (26/10), ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari Yan Christian
Warinussy Kamis (27/10) mengatakan laporan tersebut dikirim melalui jaringan
advokasi HAM internasional untuk Papua Barat di Jenewa – Swiss dan London –
Inggris Raya.
“Kami mengirim laporan lengkap dengan kronologis
kejadian dan data foto para korban yang mengalami luka tembak,” kata Warinussy
dalam siaran pers yang diterima Cahaya Papua Kamis.
Dalam laporan itu LP3BH mendesak investigasi independen
oleh KOMNAS HAM dengan pantauan pihak internasional termasuk mendesak kehadiran
pelapor khusus Sekjen PBB urusan anti penyiksaan untuk masuk ke Manokwari.
Selain itu, LP3BH juga mendesak KOMNAS HAM meminta
keterangan langsung dari Kapolres Manokwari (AKBP Christian Roni Putra) beserta
Kasat Brimob Polda Papua Barat (Kombes Desman Tarigan) maupun Kapolda Papua
Barat, Brigjen Pol. Royke Lumowa.
Menurut Warinussy, para pihak tersebut diduga
bertanggungjawab atas peristiwa kekerasan tersebut.
LP3BH juga mencatat peristiwa ini yang paling
terburuk pasca Manokwari Berdarah September 1999 yang menewaskan John Wamafma
dan belum pernah diselesaikan secara hukum hingga saat ini.
“LP3BH juga mendesak Kapolri segera memberhentikan
dengan tidak hormat ketiga petinggi polisi di Papua Barat tersebut dari
jabatannya dan menyerahkannya untuk mempertanggung-jawabkan tindakannya secara
hukum hak asasi manusia yang adil, independen dan imparsial,” tandasnya.
Bentrok ini meletus akibat ditikamnya seorang warga
Manokwari Vijay Paus Paus disebuah warung makan pada Rabu (27/10) malam sekitar
pukul 22.00 WIT. Peristiwa itu memicu bentrok antar warga. Pos polisi Sanggeng
menjadi sasaran amukan massa, dibakar.
Belakangan polisi yang tiba di lapangan untuk
melerai bentrok melepaskan gas air mata dan sejumlah tembakan. 9 warga
dilaporkan terluka, satu diantaranya meninggal dunia setelah terkena peluru.
Berikut adalah sembilan warga yang diduga menjadi
korban tembak dan pemukulan yang dirilis LP3BH: Agus Wakum (17), Ruben Eppa (32),
Antonius Rumbruren (25), Orgenes Asaribab (25), Paskal Mayor Sroyer (19),
Martinus Urbinas (44), Kiki Suabey (35), Erikson Inggabouw-Yomaki yang
identitas pastinya masih ditelusuri. Seorang lagi bernama Onesimus Rumayom (40)
yang diduga meninggal setelah terkena peluru.
“9 (sembilan) warga sipil ini diduga keras telah
mengalami luka tembak dari senjata api milik aparat keamanan Polda Papua Barat,
Polres Manokwari dan Satuan Brimob Polda Papua Barat,” kata Warinussy.
Secara terpisah Kapolres Manokwari, AKBP Christian
Roni Putra mengatakan, bentrokan antar polisi dan warga terjadi dipicu
perlawanan warga. Menurut dia karena alasan itu aparat terpaksa memberikan
tembakan peringatan. Kapolres mengaku, saat tiba di TKP bentrokan sudah reda
dan korban kena tembak sudah dievakuasi ke rumah sakit.
“Pos polisi hancur dan terbakar, enam unit sepeda
motor dinas juga ikut terbakar. Anggota juga melarikan diri karena terkepung.
Kalau tidak lari mungkin jadi debu karena mereka menggunakan bom Molotov.
Situasi ini, kami meminta bantuan brimob,” katanya. (CP)
0 komentar:
Post a Comment